Kejadian-kejadian Misterius Saat Mendaki Gunung (Part II)

Ini adalah kisah nyata tentang kejadian aneh dan misterius yang saya alami sendiri selama mendaki gunung. Selain gunung Paseban seperti yang saya tulis pada cerita sebelumnya dengan judul Kejadian-kejadian Misterius Saat Mendaki Gunung (Part I), pada bagian ini saya akan mengisahkan pengalaman misterius saya saat mendaki gunung Gede, Cianjur, Jawa Barat.

Kejadian ini terjadi pada saat pendakian masal dalam rangka sumpah pemuda sekitar bulan oktober tahun 2009. Usai berhasil mencapai puncak gunung Gede, selanjutnya saya dan tim pendaki pecinta saya dari SMAN 46 Jakarta mulai bergerak turun gunung melalui jalur Cibodas. Kami turun sekitar pukul 10 pagi dan menghabiskan waktu berjam-jam untuk mencapai titik kumpul basecamp Cibodas. Awalnya kami berharap bisa turun sebelum gelap. Namun apa boleh dikata. Salah satu dari sembilan anggota tim kami jalannya terlalu lambat sehingga waktu tempuh perjalanan pun menjadi molor. 

Kebetulan saat itu saya berposisi leader (berada paling depan) memimpin tim yang terdiri dari sembilan orang. Awal mula permasalahan adalah saat ketika Tri, salah seorang anggota tim kami mengalami cedera saat menuruni tanjakan setan yang terkenal curam. Masalah itu menyebabkan langkahnya menjadi lebih lambat. Saat mencapai pos kandang badak, seluruh tim masih dapat terkontrol. Namun sesaat mendekati pos air panas jarak antar anggota menjadi melar. Wedia yang berposisi paling belakang sudah tidak jelas ada dimana karena saat saya tunggu ekor dari tim ini belum tiba juga sekalipun lebih dari 15 menit. Saya pun tidak peduli. Saya tetap lanjutkan perjalanan dengan Andra sebagai orang yang berada di belakang saya persis. 

Telaga Warna, pada saat saat tertentu
airnya berubah menjadi kebiruan
Hingga mencapai pos air terjun Cibeureum, langit mulai tidak cerah lagi. Hingga saya akhirnya mencapai Telaga Warna suasana berubah muram. Hewan-hewan malam mulai menyergap suasana petang itu. Matahari mulai terbenam di antara lebatnya pepohonan. Kami pun telah diselimuti gelap dalam sekejap. Kami yang berada di formasi paling depan meneriaki yang belakang namun tak ada jawaban. Sepertinya mereka semakin jauh jaraknya dari depan.  Karena menunggu lama, kami pun didahului oleh tim lain. Mereka hanya bertiga dan salah satu dari mereka sedang sakit. Kami persilahkan mereka jalan duluan. saya melanjutkan perjalanan. Dalam waktu yang sangat singkat, tiba-tiba terdengar suara gemuruh di atas pepohonan. Sontak saya berhenti dan memandang ke atas dahan pepohonan. Sekelebatan makhluk hitam melintas di atas kami. Apa itu? saya terengah melihatnya. Andra mulai mendekat dan turut memandang tetapi makhluk itu menghilang di sela rerimbunan. 

Saya pikir itu hewan sebangsa monyet. Apalagi melihat ukurannya yang besar dan berbulu hitam. Meskipun agak ngeri melihatnya, tetapi itu bukan masalah berarti. Masa iya genderuwo? mengada-ngada saja, pikir saya dalam hati. Saya lanjutkan langkah ke depan dan kami pun bertemu lagi tim yang sebelumnya menyusul kami. Mereka berhenti sejenak untuk beristirahat. Kali ini kami yang menyalipnya. Salah seorang di antara mereka turut langsung jalan bersama kami mengingat setelah ini pos yang akan kami temui tidak lain adalah basecamp. Semangat pun kembali membara. Karena gelap, langkah kami pun dituntun oleh senter yang dipegang saya dan Andra. Sementara yang lain masih tak kelihatan. Sedangkan seseorang dari tim lain yang bersama kami tidak membawa penerangan apapun. Kami bergegas melangkah setengah berlari menuruni anak tangga yang dipasang dari batu-batu gunung. Akhirnya kami pun tiba di basecamp dan segera beristirahat meski diselimuti perasaan cemas dengan tujuh orang anggota tim kami yang masih di belakang.

Saya berkenalan dengan orang yang bersama kami tadi. namanya Andi.  Wajahnya menahan kecemasan. Saya pun menanyai kecemasannya. Dia bilang kalau dua orang temannya yang di belakang itu juga tidak membawa penerangan apapun. Waduh gawat! Hingga akhirnya Geo dan Seorang anggota tim kami tiba, dua orang tim si Andi ini yang tadi kami salip belum juga tiba. Kami berinisiatif untuk menjemput seluruh tim yang masih di belakang. Belum sempat melangkah lebih jauh dari basecamp, seorang dari mereka lari dengan tergesa-gesa di tengah kegelapan. Nafasnya seperti dikejar setan. Andi berusaha menyadarkannya.

"Hei... kenapa lo? Ini gue, Andi. mana si Erik?" Andi memukul mukul bagian belakang temannya itu ditengah nafas yang memburu tak karuan. Senter Andra yang dipinjam erik di arahkan ke wajah temannya itusambil berupaya terus menyadarkannya.

"Erik di belakang, dia ketinggalan!"sahutnya menunjuk-nunjuk arah belakang.

"Lo gimana sih? Temen lo sakit gitu kok ditinggal,"tambah saya.

"Tadi gue liat sesuatu di tengah jalan soalnya!" katanya pelan berusaha meredakan ketegangan. Sesaat itu pula kami jadi merinding. Bulu kuduk berdiri tegang di tambah angin yang bertiup semilir. 

"Gue liat bayangan putih di tengah jalan tadi!" Kami berdua terkaget mendengarnya. Tidak perlu minta penjelasan lagi kalau yang ini tampak lebih aneh dari yang gue temukan tadi. Dia kemudian menjabarkan bayangan putih itu berada di sisinya persis dan dia tak berani menatap lebih dalam karena dia sadar ini bukan sembarang bayangan. 

Erik yang sakit itu tiba-tiba datang dengan lemas. Badannya keringatan. Andi membantu ia berjalan. Dia justru tak berkata apa-apa. Bagaimana nasib tujuh orang tim saya di belakang? Setelah saya kembali ke basecamp ketujuh orang anggota tim pun akhirnya tiba setelah ditunggu lebih dari setengah jam. Mereka pun tersentak mendengar cerita yang saya utarakan. Mereka mengaku tidak melihat siapapun di tengah jalan tadi. Lalu siapa itu? Entahlah
                                       
Artikel Sebelumnya :
Kejadian- kejadian Misterius Saat Mendaki Gunung (Part I)
Artikel Selanjutnya :

Comments

  1. Pernah ketemu lagi sama dia Bro...?

    ReplyDelete
  2. Sepertinya gak ketemu lagi gan. 4 tahun tinggal di rumah hantu, kapan jadi film nih... @pijar88

    ReplyDelete
  3. Sabtu kemaren saya dan rombongan naik hingga ke airnterjun... karna rombongan saya bnyk bapak2 kami sering berhenti istirahat di batuan atau kayu tumbang. Saat istirahat saya melepaskan sarung tangan. Tampa sdr gelang karet putih saya terpental jatuh.. pas di udah jalan beberapa menit saya br sadar klu gelang saya jatuh. Ya sudahlah nanti klu mau balik saya akan coba telusuri lagi dm jatuhnya.. nyampe di air terjun kami senang skli sehingga pd saat turun saya lupa niat saat td untuk lbh teliti menelusuri jalan menemui gelang td. Saat turun saya cm ngobrol sama ibu rombongan kami. Tampa sadar (saya lupa lokasinya) turunan agak berbelok kekiri tiba2 kepala saya sponta menoleh kekiri dan melihat gelang saya yg jatuh saat menaiki tangga2 batu. Alhamdullilah akhirnya dalam tidak sadar niat dihati ingin mencari gelang karet terjabani walau saat itu saya bener2 lupa niat td. Namun yg saya niatkan bener dan ingat adalah berhenti di posko yg depannya ada anak sungai dangkal yg jalanan mendatar. Ingin membuang sisa puntung rokok. Dan meletakan disana ditumpukan sampah. Anehnya pas saya cari2 anak sungai tersebut berserta posko saya tidak menemukannya.pdhl saya sempat pas naik untk istirahat berfoto dan mencuci muka dng bersujud langsung ke genangan air yg jernih. Waktu itu saya jalannya pelan karna mengiringi bapak yg umurnya 67thn. Takut terjadi apa2.. penasaran akhirnya saya sampe dibawah.. saya dijemput sama guide karna saya paling terakhir dr rombongan

    ReplyDelete
  4. Sabtu kemaren saya dan rombongan naik hingga ke airnterjun... karna rombongan saya bnyk bapak2 kami sering berhenti istirahat di batuan atau kayu tumbang. Saat istirahat saya melepaskan sarung tangan. Tampa sdr gelang karet putih saya terpental jatuh.. pas di udah jalan beberapa menit saya br sadar klu gelang saya jatuh. Ya sudahlah nanti klu mau balik saya akan coba telusuri lagi dm jatuhnya.. nyampe di air terjun kami senang skli sehingga pd saat turun saya lupa niat saat td untuk lbh teliti menelusuri jalan menemui gelang td. Saat turun saya cm ngobrol sama ibu rombongan kami. Tampa sadar (saya lupa lokasinya) turunan agak berbelok kekiri tiba2 kepala saya sponta menoleh kekiri dan melihat gelang saya yg jatuh saat menaiki tangga2 batu. Alhamdullilah akhirnya dalam tidak sadar niat dihati ingin mencari gelang karet terjabani walau saat itu saya bener2 lupa niat td. Namun yg saya niatkan bener dan ingat adalah berhenti di posko yg depannya ada anak sungai dangkal yg jalanan mendatar. Ingin membuang sisa puntung rokok. Dan meletakan disana ditumpukan sampah. Anehnya pas saya cari2 anak sungai tersebut berserta posko saya tidak menemukannya.pdhl saya sempat pas naik untk istirahat berfoto dan mencuci muka dng bersujud langsung ke genangan air yg jernih. Waktu itu saya jalannya pelan karna mengiringi bapak yg umurnya 67thn. Takut terjadi apa2.. penasaran akhirnya saya sampe dibawah.. saya dijemput sama guide karna saya paling terakhir dr rombongan

    ReplyDelete
  5. Sabtu kemaren saya dan rombongan naik hingga ke airnterjun... karna rombongan saya bnyk bapak2 kami sering berhenti istirahat di batuan atau kayu tumbang. Saat istirahat saya melepaskan sarung tangan. Tampa sdr gelang karet putih saya terpental jatuh.. pas di udah jalan beberapa menit saya br sadar klu gelang saya jatuh. Ya sudahlah nanti klu mau balik saya akan coba telusuri lagi dm jatuhnya.. nyampe di air terjun kami senang skli sehingga pd saat turun saya lupa niat saat td untuk lbh teliti menelusuri jalan menemui gelang td. Saat turun saya cm ngobrol sama ibu rombongan kami. Tampa sadar (saya lupa lokasinya) turunan agak berbelok kekiri tiba2 kepala saya sponta menoleh kekiri dan melihat gelang saya yg jatuh saat menaiki tangga2 batu. Alhamdullilah akhirnya dalam tidak sadar niat dihati ingin mencari gelang karet terjabani walau saat itu saya bener2 lupa niat td. Namun yg saya niatkan bener dan ingat adalah berhenti di posko yg depannya ada anak sungai dangkal yg jalanan mendatar. Ingin membuang sisa puntung rokok. Dan meletakan disana ditumpukan sampah. Anehnya pas saya cari2 anak sungai tersebut berserta posko saya tidak menemukannya.pdhl saya sempat pas naik untk istirahat berfoto dan mencuci muka dng bersujud langsung ke genangan air yg jernih. Waktu itu saya jalannya pelan karna mengiringi bapak yg umurnya 67thn. Takut terjadi apa2.. penasaran akhirnya saya sampe dibawah.. saya dijemput sama guide karna saya paling terakhir dr rombongan

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Rute Angkutan Umum di Cinere

Perjalanan Sehari Jakarta - Kawah Putih Naik Motor

Transportasi dari Jakarta ke Pos Pendakian Gunung Sindoro-Sumbing, Wonosobo