Menjelajahi Tempat Angker di Universitas Indonesia
Hawa dingin menyergap kami seketika meski jam baru menunjukan pukul 23.00 wib. Rencananya kami akan bergerak mencari dan merasakan keberadaan dunia lain di kampus Universitas Indonesia, Depok. Kata orang kampus UI angker, tapi kami tidak begitu percaya. Kami ingin merasakannya sendiri. Pukul satu lebih beberapa menit dini hari, kami memulai perjalanan menjelajahi kampus UI. Kami terdiri dari 9 orang selain saya ada Wahyu, Dwi, Andra, Dio, Fakih, Arif, Diki, dan Andi memulai start dari Gerbatama UI. Diki anak FISIP, Andi anak Hukum, selebihnya anak Sastra termasuk saya. Malam ini adalah malam Jumat di tanggal 27 bulan September 2013. Seperti kata orang, malam Jumat itu keramat, maka dari itu kami berangkat.
Sebelum Berangkat |
Katanya di terowongan Akses UI juga seringkali ada penampakan. Kami melewati tempat itu tanpa ada suatu pertanda. Suasana di sana memang sepi, tetapi aroma mistik tidak begitu terasa. Kami foto-foto sebentar. Berbekal aplikasi ghost detector yang ada di handphone saya, kami menangkap satu titik posisi hantu di radar pendeteksi hantu itu. Alat ini jangan terlalu dipercaya. Usai melewati terowongan, kami bergerak melewati jalan Margonda yang masih ramai hingga akhirnya menembus gang Sawo dan berhasil memasuki kawasan UI.
Suasana tegang menyambut kami ketika hendak menyebrang menuju Kandang Rusa. Bukan apa-apa, kami takut diusir petugas keamanan kampus karena masuk kampus tanpa tujuan yang jelas. Setiap ada mobil yang lewat saya selalu waspada, hingga akhirnya kami mulai memasuki hutan dekat kandang rusa. Di lokasi ini menurut penuturan banyak orang sering terjadi penampakan. Pernah ada orang yang melihat pocong, pernah juga ada yang ditertawai kuntilanak, dan pernah ada mayat yang dibuang.
Saya berusaha mengambil video amatir, sedangkan Andra bersigap memotret sisi-sisi yang "dianggap perlu". Pos jaga yang kosong menjadi sorotan. Rusa-rusa yang tidur nyenyak juga kami sorot, barangkali di sana ada binatang tambahan yang aneh. Di sini luar biasa gelap. Tak ada penerangan sama sekali, kecuali sinar headlamp yang saya bawa. Saat seperti itu kami sedikit bergidik. Saya selalu menghitung jumlah anggota tim yang ada sembilan itu, jangan sampai jumlahnya menjadi genap.
Saya berusaha mengambil video amatir, sedangkan Andra bersigap memotret sisi-sisi yang "dianggap perlu". Pos jaga yang kosong menjadi sorotan. Rusa-rusa yang tidur nyenyak juga kami sorot, barangkali di sana ada binatang tambahan yang aneh. Di sini luar biasa gelap. Tak ada penerangan sama sekali, kecuali sinar headlamp yang saya bawa. Saat seperti itu kami sedikit bergidik. Saya selalu menghitung jumlah anggota tim yang ada sembilan itu, jangan sampai jumlahnya menjadi genap.
Perjalanan kembali dilanjutkan. Titik tujuan kami berikutnya adalah tong sampah Fakultas Ekonomi dan sisi danau FE. Di tong sampah pernah ada kejadian penemuan mayat bayi. Sedang di danau dekat FE, belum lama ini ada kejadian seorang anak yang tewas tenggelam karena mandi di danau. Analoginya, di tempat ini pasti seram. Menurut kepercayaan masyarakat, bayi atau anak kecil yang belum berdosa ketika mati tak wajar akan menjadi tuyul. Tentu saja itu mitos maka kami mebuktikannya. Benarkah ada tuyul di sekitar tong sampah dan danau? Ghost detector tak menunjukan titik keberadaan hantu. Frekuensi energi di aplikasi ini juga tercatat masih di level satu, artinya sangat rendah. Tak ada tanda-tanda keberadaan hantu. Saya tak merinding. Suara-suara juga tak terdengar. Kecuali bau sampah yang menyengat sangat mengganggu kami. Ini aroma sampah biasa, bukan aroma bangkai kok.
Andra kembali mengambil foto, yang lain mulai bergerak menyusuri tepi danau. Hawa yang sedikit berbeda kami dapati begitu menyusuri sisi danau. Ada pohon-pohon besar yang menjulang tinggi, ada pula aliran danau yang tenang. Penerangan di sebrang lumayan indah, itu adalah Pusat Studi Jepang (PSJ). Di sini, bau amis bangkai ikan cukup menyengat.
Begitu kami melangkah ke sisi danau yang jauh lebih rimbun, ghost detector langsung bereaksi. Frekuensi energi bergerak ke level dua dan hampir ke level tiga. Sementara itu, radar menunjukan dua titik, yang satu persis dibelakang kami, yang satu lagi tepat mengarah ke salah satu pohon besar di tebing FE. Makhluk apa ini? Ujar saya dalam hati. Mungkinkah posisi sebenarnya berada di atas pohon? Sejenak saya menengadah ke atas, tetapi tak tampak apapun kecuali gelap.
Headlamp membantu kami menyusuri tepi danau yang berembun. Hal itu tidak berlangsung lama, kami bertemu dua orang tukang penjala ikan. Wah, ikannya banyak sekali. Tampak jelas ikan mujair di dalam jaring yang sedang mereka kumpulkan. Asik sekali mereka, padahal ini hampir jam 2 dini hari. Orang-orang seperti mereka pasti sudah dikenali hantu di danau, jadi mereka aman dan tak takut hantu. Kami terus bergerak menuju pemberhentian selanjutnya, Jembatan Teksas, Jembatan Merah.
Lampu sorot berwarna kuning menyorot jembatan yang menghubungkan Fakultas Teknik (FT) dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) itu. tak ada lagi kegelapan. Rasa takut dan gelisah pun langsung sirna begitu kami tiba di jembatan Teksas ini. Berdasarkan cerita yang beredar di internet pernah ada kejadian seorang mahasiswa yang melintas di atas Jembatan melihat penampakan makhluk gaib di bawah jembatan Teksas. Rasanya hal itu sulit diterima kalau melihat keadaan Teksas di waktu malam. Ini kan indah, tenang, semilir, sangat cocok untuk menunggu pagi. Ghost detector juga tak menunjukan tanda-tanda keberadaan makhluk gaib yang berarti. Hanya satu titik yang muncul mengarah ke pohon yang paling besar di dekat Lapangan Futsal FE.
Saya dan dwi berdua meninggalkan tim untuk mencari tutup baterai headlamp yang sore tadi tertinggal di Kelas Terbuka (Klaster), FIB. Saya menyebrang, melewati jembatan Teksas kemudian sampai di Klaster. Klaster posisinya dekat sekali dengan gedung VI FIB yang konon angker. Katanya, di gedung VI kalau malam bangku dan kursinya suka melayang sendiri. Klaster juga dekat dengan mushala FIB yang dahulu bekas pemakaman. Belum lama ini juga ada mahasiswa yang menginap di mushala kemudian diperlihatkan sesosok pocong. Entahlah... Saya sedikit bergidik mengingat cerita itu di sini. Tutup baterai tak ditemukan. Apa boleh buat. Kami berdua cuma bisa pasrah membiarkan headlamp telanjang tanpa tutupnya. Kami kembali menuju titik kumpul tim tadi, kemudian foto-foto.
Hampir setengah tiga dini hari kami melanjutkan perjalanan mengarah ke belakang Pusgiwa, masih menyusuri tepian danau. Jam-jam segini biasanya makhluk gaib mulai berani menampakan diri. Itu memang yang kami harapkan. Apalagi di sisi selatan danau ini adalah kawasan yang paling gelap dan rimbun dibanding sisi danau sebelah utara. Sisi selatan dikelilingi hutan, dan di ujungnya terdapat lokasi pertemuan dua kali. Belum jauh dari Teksas, ghost detector kembali menangkap sinyal-sinyal kehadiran makhluk astral. Frekuensi naik lagi ke level tiga. Radar menampilkan titik hantu sebanyak tiga buah. Satu ke arah pohon, satu di kursi taman yang kosong, dan satu lagi persis bersama kami. Mungkinkah mereka mengikuti?
Lampu PSJ di sebrang danau |
Begitu kami melangkah ke sisi danau yang jauh lebih rimbun, ghost detector langsung bereaksi. Frekuensi energi bergerak ke level dua dan hampir ke level tiga. Sementara itu, radar menunjukan dua titik, yang satu persis dibelakang kami, yang satu lagi tepat mengarah ke salah satu pohon besar di tebing FE. Makhluk apa ini? Ujar saya dalam hati. Mungkinkah posisi sebenarnya berada di atas pohon? Sejenak saya menengadah ke atas, tetapi tak tampak apapun kecuali gelap.
Headlamp membantu kami menyusuri tepi danau yang berembun. Hal itu tidak berlangsung lama, kami bertemu dua orang tukang penjala ikan. Wah, ikannya banyak sekali. Tampak jelas ikan mujair di dalam jaring yang sedang mereka kumpulkan. Asik sekali mereka, padahal ini hampir jam 2 dini hari. Orang-orang seperti mereka pasti sudah dikenali hantu di danau, jadi mereka aman dan tak takut hantu. Kami terus bergerak menuju pemberhentian selanjutnya, Jembatan Teksas, Jembatan Merah.
Andi dan Diki di Bawah Teksas |
Saya dan dwi berdua meninggalkan tim untuk mencari tutup baterai headlamp yang sore tadi tertinggal di Kelas Terbuka (Klaster), FIB. Saya menyebrang, melewati jembatan Teksas kemudian sampai di Klaster. Klaster posisinya dekat sekali dengan gedung VI FIB yang konon angker. Katanya, di gedung VI kalau malam bangku dan kursinya suka melayang sendiri. Klaster juga dekat dengan mushala FIB yang dahulu bekas pemakaman. Belum lama ini juga ada mahasiswa yang menginap di mushala kemudian diperlihatkan sesosok pocong. Entahlah... Saya sedikit bergidik mengingat cerita itu di sini. Tutup baterai tak ditemukan. Apa boleh buat. Kami berdua cuma bisa pasrah membiarkan headlamp telanjang tanpa tutupnya. Kami kembali menuju titik kumpul tim tadi, kemudian foto-foto.
Hampir setengah tiga dini hari kami melanjutkan perjalanan mengarah ke belakang Pusgiwa, masih menyusuri tepian danau. Jam-jam segini biasanya makhluk gaib mulai berani menampakan diri. Itu memang yang kami harapkan. Apalagi di sisi selatan danau ini adalah kawasan yang paling gelap dan rimbun dibanding sisi danau sebelah utara. Sisi selatan dikelilingi hutan, dan di ujungnya terdapat lokasi pertemuan dua kali. Belum jauh dari Teksas, ghost detector kembali menangkap sinyal-sinyal kehadiran makhluk astral. Frekuensi naik lagi ke level tiga. Radar menampilkan titik hantu sebanyak tiga buah. Satu ke arah pohon, satu di kursi taman yang kosong, dan satu lagi persis bersama kami. Mungkinkah mereka mengikuti?
Pohon-pohon berdiameter setengah meter mengiringi sisi kiri kami. Ini adalah pohon kormis. Di atas tepi danau ini pasti kantin FT. Tim bergerak lebih cepat ke arah tempat yang saya request sebelumnya, pohon bambu belakang Pusgiwa. Pada waktu ospek jurusan, di tempat itu ada salah satu panitia yang melihat sosok wanita. Percaya atau tidak, pohon bambu faktanya memang digemari sebangsa kuntilanak. Mereka senang bersarang di dahan-dahan bambu yang rapat dan lembab. Apalagi di pinggir danau tanpa penerangan. Mereka pasti suka. Saya harap ada hasil foto yang bagus jika bambu di sini di potret. Kali ini saya mulai merinding lagi. Bulu-bulu halus di tangan dan leher, agaknya berdiri. Apalagi ghost detector kembali menguat. Titik di radar berjumlah empat. Apa arti dari tanda-tanda ini?
Di tempat ini hawa mistis sangat terasa. Beberapa orang dari kami tampaknya tak mau berlama-lama. Sejujurnya yang saya paling khawatirkan dari kegiatan jelajah malam ini yaitu kesurupan. Saya tidak mau ada salah satu di antara kami yang kesurupan. Kalau sampai kesurupan, siapa yang akan menyembuhkan? Tak ada yang bisa di antara kami bersembilan. Maka kami tak ada yang berani bengong, diusahakan tetap berbicara atau mengerjakan sesuatu. Beberapa saat kemudian kami bertemu kembali seorang pemancing. Ia tampak tenang tak sepengecut kami. Dia malah asik menanti sambaran ikan.
Tim Beristirahat Di Halte Pusgiwa-PNJ |
Tiba di halte kami langsung beristirahat lagi. Tak percuma botol minum ukuran 1,5 liter hampir kami habisi, meski perjalanan masih jauh. Di sini kami beristirahat paling lama. Mata mulai terasa ngantuk. Beberapa dari kami malah sambil memejamkan mata. Tapi kami tak mau melewatkan pukul tiga. Bagaimanapun pukul tiga adalah puncak kesakralan dimana sosok makhluk halus lebih mudah untuk ditemukan. Benarkah demikian?
Perjalanan kami lanjutkan ke Tempuran, istilah pertemuan dua arus sungai yang menjadi satu. Tempat seperti itu sejak jaman dahulu dikeramatkan. Di dekat kami kebetulan ada tempuran antara air danau yang dari arah lapangan tenis PNJ dan aliran kali yang berasal dari arah lapangan hocky UI. Keduanya bertemu di sini. Benar saja, secara mengejutkan ghost detector langsung beranjak naik melampaui level tiga. Ini adalah skala paling tinggi dari sebelumnya. Tak di sangka titik di radar pun berjumlah 3-4 buah yang terus berpindah-pindah. Lagi-lagi suasana kembali mencekam setelah cair waktu istirahat tadi. Tempuran ini jaraknya kurang lebih 150 meter dari menara air yang disebut-sebut pusat kekuatan gaib di kampus UI.
Kami tak berlama-lama, karena tujuan kami selanjutnya pastilah Menara Air UI. Jalan sedikit menanjak untuk mencapai menara air ini. Tegang terus menghantui perasaan kami. Pasalnya ghost detector yang tidak bisa dipercaya 100% itu terus menunjukan frekuensi tertingginya. Belum lagi bulu kuduk yang semakin merinding, membuat langkah kami tiba-tiba menjadi lebih cepat secara serempak. Hampir saja kami lari begitu salah satu item ghost detector, yakni ghost voice, yang berguna menangkap suara hantu tertulis Pregnant. Diki mengartikannya hamil. Dengan demikian merindinglah kami semua membayangkan sesosok wanita hamil di tempat semacam ini.
Menara Air UI Saat Malam Hari |
Saat yang lain fokus melihat ghost detector sambil berbincang-bincang saya justru kaget begitu mendengar suara yang tak lazim dari arah belakang saya duduk. Suara itu berasal dari arah rerimbunan pohon karet, dekat menara pemancar sinyal handphone. Suara itu melengking sedikit nyaring dan panjang tetapi terdengar sayup-sayup seperti dari kejauhan. Persis suara cekikikan kuntilanak. Andi juga terperanjak mendengar suara itu. Anehnya cuma saya dan Andi yang mendengar. Begitu saya tanyakan kepada yang lain, mereka tak mendengar apa-apa selain suara kami sendiri. Menurut kepercayaan, jika mendengar suara kuntilanak dengan keras, berarti kuntilanak sebenarnya berada jauh dari tempat kita. Hal itu berlaku sebaliknya. Ya ampun, suara tadi terdengar pelan sayup-sayup dan terkesan jauh. Berarti sebenarnya....
Salah Satu Bangkai Kendaraan Pemadam |
Tak lama kami tinggalkan lokasi menara air menuju bengkel bus kuning UI dan beberapa bangkai kendaraan operasional universitas yang sudah usang. Di sana kami foto-foto. Perjalan dilanjutkan ke lapangan depan rektorat. Tak ada yang menyeramkan di sini kecuali satpam. Agar tidak berpapasan dengan satpam keliling, maka kami memutuskan berbelok ke arah Perpustakaan UI lalu menuju pintu keluar Barel. Namun, kami tak mau melewatkan penghujung dini hari ini sia-sia. Wahyu, Dwi, Dio, Andra, Fakih, dan Andi sangat terobsesi mendaki perpustakaan.
Bengkel Bikun Lama |
Bayangkan, apa yang orang lakukan untuk bersusah payah menaiki atap gedung selain mencuri? Apalagi di dalam perpus perangkat mewah seperti komputer merek apple disimpan. Tentu saja kami akan ditangkap, diperkarakan, dan dituduh maling. Mengerikan bukan? Tetapi teman-teman benar-benar nekat ingin melihat kampus UI dini hari dari ketinggian.
Pemandangan Di Atas Perpustakaan UI Dini Hari |
Menuruni Bukit Perpustakaan UI |
Jelajah Malam Berakhir Happy Ending |
Begitu kesembilan orang tim telah terkumpul kami melanjutkan perjalanan pulang dengan keluar melalui pintu Barel. Perut yang lapar dan haus membuat kami untuk sejenak mampir di warung kimpul, semacam tempat makan dan nongkrong sekelas warteg yang buka 24 jam di kawasan balik rel. Usai istirahat dan makan akhirnya kami kembali lagi ke kontrakan dengan menaiki angkot. Sepertinya aktifitas orang ke pasar mulai terlihat. Kami tiba di kontrakan tepat adzan subuh. Jelajah malam pun berakhir.
Terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam jelajah malam ini.
Tuhan YME,
Andra, Dio, Wahyu, Dwi, Andi, Diki, Arif, Fakih
Yang mendukung :
Rara, Zenny, Asti, Tera, Patrisia, Mantek, Rizal, Satpam UI, Perhimpunan Hantu Se-UI, Persatuan Tukang Pancing Danau UI, dan semua pihak yang tak bisa disebutkan satu-persatu.
Video Di Kandang Rusa UI
Tulisan anda sangat menarik dan menghibur
ReplyDeleteTerimakasih gan
Deletegue bukan pendukung yaaaa
ReplyDeletehehehe sori sori kelupaan. udah direvisi
DeleteMaaf gan mau tanya , udah telusuri danau yg didepan tempat sampah yg ada mayat bayinya belum? Gue seraching kesitu tapi gaada hasil , dan gue mau tanya lagi dong ,ada info tempat angker atau extreme lagi ga selain di UI? Coba deh lu cek daerah komplek RRI disitu ada 1 rumah kosong thanks
ReplyDeleteFrom Citayam
Kalo yang deket tong sampah udah gan.. tapi gak ada apa-apa di sana.
DeleteRRI ane belom pernah denger, makasih infonya, tapi ane belom berani.hehe
Kalo di depok ada lagi tuh... bekas asrama perawat (jl.raya sawangan) sebelah RS bakti yuda.. terus di daerah sawangan ada beberapa tapi belum pernah coba
Nyesel bgt browsing ceritA misteri UI...
ReplyDeleteTiap malem sekitar jam stgh 11 gue lewat kutek danau fisip.aihhg...
hahaha sabar ya... naik ojek aja udah paling aman. gak ada cerita ojek hantu.haha
Delete,.bacanya sambil deg-deg an,.ttp seru,.#pserta kursus LBI
ReplyDeletemakasih gan, udah baca
DeleteMINTA informasi tentang kuburan dibawah jembatan ui,, yang cuma da satu, mohon infonya ya,,,
ReplyDeleteAne belom tau gan, ane sendiri masih nyari kuburan yg dimaksud yg mana. Mungkin ada yg bisa bantu?
Deleteadanya di sebelah kiri, sebelom bawah jembatan pisan. cek aja, ada nisannya kok
DeleteAne tau sob,.keluarga ane ada tau cerita itu dari dulu soal.makamnya. Gak angker2 banget
DeleteNaaiya tuh gan , kuburan itu bener ada isinya ga si ?? Ko bisa gitu ada kuburan nanceb sendirian disitu ,
ReplyDeleteSekarang kuburan nya sudah g ada nisan nya. penasaran jg sama itu kuburan, bener apa enggak?
ReplyDeleteAne maba ui ,dan ane jadi parno ...
ReplyDeletegua mahasiswa lama ui, dan masih parno ...
Deletegan di teksas sama di kuburan bikun gua ada foto penampakannya, asik lho. sama di lapangan rotunda juga.
ReplyDeleteSeru gan....tp yg ane khawatirin klo ente ketemua sama perampok....waaaa :D
ReplyDeleteserem...kenapa pohon2 ga ditebangin aja trus buat taman aja
ReplyDeleteBagus bro tulisannya, serasa ingin ikut terlibat dalam petualangan kalian, pasti seru, menegangkan dan lucu,,
ReplyDeletehi kk semuanya ^_^ kunjungi juga ya blog lina di Penivagi ditunggu ^_^
ReplyDeleteKocak bgt asli, di sekitar danau menuju ke perpus gue prnah di tegor sama suara "ssstt!!" pas lg foto"
ReplyDeleteAne kuliah di gundar pengen banger ngerasain jalan malam angker di UI kalo pengen jalan lagi ketempat lain mungkin ajak2 ya,ane mau sendirian terlalu EXTREME :D
ReplyDeletegan ajak ajak ya kalo mau beginian lagi. ane anak ui yg suka bgt beginian hehe
ReplyDeleteSama..saya juga suka cerita beginian...hehehe
Deletewah seruuuu
ReplyDeletecoba stay di jalur motor blkg pnj tembusan ke beji timur
ReplyDelete9 orang maah gak bakalaan nongol tu pocong. Maksimal 3 orang coba daah
ReplyDeleteGan saya pernah sekitar jam 1 malam,melewati pos rel kereta ui,itupun terpaksa lewat stu,ada orang saya nanya sma dia malah didiemin trus mukanya serem,kayak hantu gtu,kalian udah coba?pas saya lewat cuma berdua, saya sma tmn saya
ReplyDeleteNjier.. baru sehari.. gua abis dri hutan UI ber2 doang..
ReplyDeleteane kaget pas liat videonya gan hahaha good job ditunggu cerita" lainnya
ReplyDeleteThanks for info, https://bit.ly/2A1GPz7
ReplyDeletevisit me
ReplyDeletevisit me
visit me
visit me
seru banget penelusuranya :) ikutan nyimak..
ReplyDeletetulisan artikel saya