Konflik Laut Cina Selatan, Konflik Ambalat, Konflik Papua, Mana yang Memicu Perang?

Siapa dan Apa yang Mungkin Memicu Perang Indonesia?

Sulit untuk menjawab pertanyaan ini jika melihat situasi dan kondisi pergolakan dunia saat ini. Konflik eksternal yang melibatkan bangsa Indonesia dalam satu dekade terakhir tidak menunjukan suatu kekhawatiran invasi bangsa lain ke Indonesia. Dalam konteks ini, bangsa Indonesia tidak memiliki musuh yang nyata. 

Akhir-akhir ini terdapat dua konflik yang setidaknya cukup menarik perhatian bangsa Indonesia. Tahun 2005 hingga 2007 mencuat konflik ambalat antara Indonesia dengan Malaysia karena sengketa tapal batas laut kedua negara di perairan Sebatik. Konflik yang sempat membuat kata "ganyang Malaysia" ini kembali tren, sepertinya sangat sulit untuk berubah menjadi konflik terbuka antara Indonesia dan Malaysia. Hal ini disebabkan kompleksnya hubungan Indonesia dengan Malaysia termasuk dalam bidang ekonomi. 
Tank Jenis Leopard Akan Ditempatkan
di Wilayah Perbatasan Indonesia-Malaysia

Jika Indonesia berperang melawan Malaysia, ini hanya akan menyebabkan kerugian yang besar dari kedua kubu. Oleh karena itu, kemungkinan perang terbuka sangat sulit. Untuk kasus Malaysia, peperangan yang paling mungkin hanya sebatas "perang dingin" misalnya dengan penarikan duta besar, hingga unjuk persenjataan.

Kemungkinan yang kedua adalah meluasnya konflik di Laut Cina Selatan (LCS). Konflik yang melibatkan lima negara yaitu China, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei Darussalam ini sangat mungkin menjadi pecah perang terbuka. Hal ini disebabkan dari masing-masing negara tampak lebih mementingkan egonya masing-masing sehingga solusi damai seringkali terhambat. 

Kehadiran Armada Perang AS di Laut Cina Selatan
Tidak hanya itu, kehadiran militer Amerika Serikat di Filipina juga turut menambah kisruh konflik regional ini. AS tidak hanya memiliki pangkalan militer, akhir-akhir ini mereka berusaha mempengaruhi kawasan ASEAN dengan memberi berbagai bantuan non militer kepada beberapa anggota ASEAN yang terlibat dan berpengaruh dalam perseteruan ini termasuk Indonesia. 

Indonesia sebenarnya tidak memiliki perseteruan langsung dengan negara-negara ini. Namun, apabila konflik pecah, Indonesia akan mengalami kerugian dari segi ekonomi. Distribusi barang Ekspor-Impor ke China dan Jepang yang sangat besar akan terhambat jika terjadi perang di LCS. dengan demikian, Indonesia tentu tak akan tinggal diam. Bukan hanya itu, jika satu roket saja menyasar dan masuk ke wilayah Indonesia yang jaraknya tidak jauh dari lokasi ini tentu akan membuat Indonesia menjadi marah dan akhirnya turut terlibat.

Kedua kemungkinan di atas masih abu-abu. Sangat sulit ditebak apakah kedua kemungkinan di atas akan benar-benar terjadi atau tidak. Ada kemungkinan lain yang justru lebih terasa kuat untuk berubah menjadi konflik terbuka. Kemungkinan ini didorong oleh faktor internal yaitu adanya separatisme di wilayah Indonesia.

Freeport Sumber Ketidakadilan Papua
Separatisme yang terjadi di wilayah Papua belum benar-benar berakhir. Ketimpangan ekonomi antara wilayah Papua dengan wilayah Indonesia yang lain merupakan pemicu kasus ini. Kelompok separatisme yang hingga kini terus diburu sepertinya masih dapat melangsungkan kehidupannya. Apalagi jika konflik ini meluas dengan hadirnya campurtangan asing. 

Australia dan Amerika Serikat memiliki kepentingan di tanah Papua. Mereka dapat saja membantu separatisme di Papua menjadi lebih terbuka. Jika terjadi demikian, panasnya hubungan Indonesia Australia akan kembali terjadi. Ketegangan itu dapat memicu perang yang jauh lebih nyata. Tentu saja dengan bangsanya sendiri, yaitu Papua. Mereka tinggal memanfaatkan momen semacam itu untuk meraup keuntungan bagi mereka sepeti yang selama ini terjadi di perusahaan tambang Freeport. Kekayaan tembaga dan emas di papua yang terbesar ketiga di dunia ini akan menjadi pemicu langsung munculnya operasi militer.

Comments

Popular posts from this blog

Rute Angkutan Umum di Cinere

Perjalanan Sehari Jakarta - Kawah Putih Naik Motor

Transportasi dari Jakarta ke Pos Pendakian Gunung Sindoro-Sumbing, Wonosobo