Menjelajahi Tempat Angker di Universitas Indonesia

Hawa dingin menyergap kami seketika meski jam baru menunjukan pukul 23.00 wib. Rencananya kami akan bergerak mencari dan merasakan keberadaan dunia lain di kampus Universitas Indonesia, Depok. Kata orang kampus UI angker, tapi kami tidak begitu percaya. Kami ingin merasakannya sendiri.  Pukul satu lebih beberapa menit dini hari, kami memulai perjalanan menjelajahi kampus UI. Kami terdiri dari 9 orang selain saya ada Wahyu, Dwi, Andra, Dio, Fakih, Arif, Diki, dan Andi memulai start dari Gerbatama UI. Diki anak FISIP, Andi anak Hukum, selebihnya anak Sastra termasuk saya. Malam ini adalah malam Jumat di tanggal 27 bulan September 2013. Seperti kata orang, malam Jumat itu keramat, maka dari itu kami berangkat.

Sebelum Berangkat
Suasana di Gerbatama masih ramai lalu lintasnya. Kami hendak masuk kampus. Agar bisa lolos melewati pos satpam di pintu utama, kami memilih untuk menelusuri jalan pinggir rel ke arah stasiun UI. Menurut cerita yang beredar di masyarakat, Jalan antara kolong akses UI hingga pemakaman setelah Gerbatama merupakan kawasan yang cukup sering terjadi hal-hal yang misterius. Kisah tentang penumpang taksi yang minta antar ke Bintaro sangat legendaris, kejadiannya persis di halte Gerbatama. Baru-baru ini saya juga mendengar cerita tentang penumpang misterius. Beberapa supir angkot sudah tidak heran ketika melewati depan pemakaman dekat Gerbatama tiba-tiba ada yang meminta turun sembari bilang "kiri..."Setelah itu pasti supir bingung karena tak ada satu pun penumpang yang bilang kiri. 
Sepinya Terowongan

Katanya di terowongan Akses UI juga seringkali ada penampakan. Kami melewati tempat itu tanpa ada suatu pertanda. Suasana di sana memang sepi, tetapi aroma mistik tidak begitu terasa. Kami foto-foto sebentar. Berbekal aplikasi ghost detector yang ada di handphone saya, kami menangkap satu titik posisi hantu di radar pendeteksi hantu itu. Alat ini jangan terlalu dipercaya. Usai melewati terowongan, kami bergerak melewati jalan Margonda yang masih ramai hingga akhirnya menembus gang Sawo dan berhasil memasuki kawasan UI.

Suasana tegang menyambut kami ketika hendak menyebrang menuju Kandang Rusa. Bukan apa-apa, kami takut diusir petugas keamanan kampus karena masuk kampus tanpa tujuan yang jelas. Setiap ada mobil yang lewat saya selalu waspada, hingga akhirnya kami mulai memasuki hutan dekat kandang rusa. Di lokasi ini menurut penuturan banyak orang sering terjadi penampakan. Pernah ada orang yang melihat pocong, pernah juga ada yang ditertawai kuntilanak, dan pernah ada mayat yang dibuang.

Saya berusaha mengambil video amatir, sedangkan Andra bersigap memotret sisi-sisi yang "dianggap perlu". Pos jaga yang kosong menjadi sorotan. Rusa-rusa yang tidur nyenyak juga kami sorot, barangkali di sana ada binatang tambahan yang aneh. Di sini luar biasa gelap. Tak ada penerangan sama sekali, kecuali sinar headlamp yang saya bawa. Saat seperti itu kami sedikit bergidik. Saya selalu menghitung jumlah anggota tim yang ada sembilan itu, jangan sampai jumlahnya menjadi genap.

Perjalanan kembali dilanjutkan. Titik tujuan kami berikutnya adalah tong sampah Fakultas Ekonomi dan sisi danau FE. Di tong sampah pernah ada kejadian penemuan mayat bayi. Sedang di danau dekat FE, belum lama ini ada kejadian seorang anak yang tewas tenggelam karena mandi di danau. Analoginya, di tempat ini pasti seram. Menurut kepercayaan masyarakat, bayi atau anak kecil yang belum berdosa ketika mati tak wajar akan menjadi tuyul. Tentu saja itu mitos maka kami mebuktikannya. Benarkah ada tuyul di sekitar tong sampah dan danau? Ghost detector tak menunjukan titik keberadaan hantu. Frekuensi energi di aplikasi ini juga tercatat masih di level satu, artinya sangat rendah. Tak ada tanda-tanda keberadaan hantu. Saya tak merinding. Suara-suara juga tak terdengar. Kecuali bau sampah yang menyengat sangat mengganggu kami. Ini aroma sampah biasa, bukan aroma bangkai kok.

Lampu PSJ di sebrang danau
Andra kembali mengambil foto, yang lain mulai bergerak menyusuri tepi danau. Hawa yang sedikit berbeda kami dapati begitu menyusuri sisi danau. Ada pohon-pohon besar yang menjulang tinggi, ada pula aliran danau yang tenang. Penerangan di sebrang lumayan indah, itu adalah Pusat Studi Jepang (PSJ). Di sini, bau amis bangkai ikan cukup menyengat.

Begitu kami melangkah ke sisi danau yang jauh lebih rimbun, ghost detector langsung bereaksi. Frekuensi energi bergerak ke level dua dan hampir ke level tiga. Sementara itu, radar menunjukan dua titik, yang satu persis dibelakang kami, yang satu lagi tepat mengarah ke salah satu pohon besar di tebing FE. Makhluk apa ini? Ujar saya dalam hati. Mungkinkah posisi sebenarnya berada di atas pohon? Sejenak saya menengadah ke atas, tetapi tak tampak apapun kecuali gelap.

Headlamp membantu kami menyusuri tepi danau yang berembun. Hal itu tidak berlangsung lama, kami bertemu dua orang tukang penjala ikan. Wah, ikannya banyak sekali. Tampak jelas ikan mujair di dalam jaring yang sedang mereka kumpulkan. Asik sekali mereka, padahal ini hampir jam 2 dini hari. Orang-orang seperti mereka pasti sudah dikenali hantu di danau, jadi mereka aman dan tak takut hantu. Kami terus bergerak menuju pemberhentian selanjutnya, Jembatan Teksas, Jembatan Merah.

Andi dan Diki di Bawah Teksas
Lampu sorot berwarna kuning menyorot jembatan yang menghubungkan Fakultas Teknik (FT) dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) itu. tak ada lagi kegelapan. Rasa takut dan gelisah pun langsung sirna begitu kami tiba di jembatan Teksas ini. Berdasarkan cerita yang beredar di internet pernah ada kejadian seorang mahasiswa yang melintas di atas Jembatan melihat penampakan makhluk gaib di bawah jembatan Teksas. Rasanya hal itu sulit diterima kalau melihat keadaan Teksas di waktu malam. Ini kan indah, tenang, semilir, sangat cocok untuk menunggu pagi. Ghost detector juga tak menunjukan tanda-tanda keberadaan makhluk gaib yang berarti. Hanya satu titik yang muncul mengarah ke pohon yang paling besar di dekat Lapangan Futsal FE.

Saya dan dwi berdua meninggalkan tim untuk mencari tutup baterai headlamp yang sore tadi tertinggal di Kelas Terbuka (Klaster), FIB. Saya menyebrang, melewati jembatan Teksas kemudian sampai di Klaster. Klaster posisinya dekat sekali dengan gedung VI FIB yang konon angker. Katanya, di gedung VI kalau malam bangku dan kursinya suka melayang sendiri. Klaster juga dekat dengan mushala FIB yang dahulu bekas pemakaman. Belum lama ini juga ada mahasiswa yang menginap di mushala kemudian diperlihatkan sesosok pocong. Entahlah... Saya sedikit bergidik mengingat cerita itu di sini. Tutup baterai tak ditemukan. Apa boleh buat. Kami berdua cuma bisa pasrah membiarkan headlamp telanjang tanpa tutupnya. Kami kembali menuju titik kumpul tim tadi, kemudian foto-foto.

Hampir setengah tiga dini hari kami melanjutkan perjalanan mengarah ke belakang Pusgiwa, masih menyusuri tepian danau. Jam-jam segini biasanya makhluk gaib mulai berani menampakan diri. Itu memang yang kami harapkan. Apalagi di sisi selatan danau ini adalah kawasan yang paling gelap dan rimbun dibanding sisi danau sebelah utara. Sisi selatan dikelilingi hutan, dan di ujungnya terdapat lokasi pertemuan dua kali. Belum jauh dari Teksas, ghost detector kembali menangkap sinyal-sinyal kehadiran makhluk astral. Frekuensi naik lagi ke level tiga. Radar menampilkan titik hantu sebanyak tiga buah. Satu ke arah pohon, satu di kursi taman yang kosong, dan satu lagi persis bersama kami. Mungkinkah mereka mengikuti? 

Pohon-pohon berdiameter setengah meter mengiringi sisi kiri kami. Ini adalah pohon kormis. Di atas tepi danau ini pasti kantin FT. Tim bergerak lebih cepat ke arah tempat yang saya request sebelumnya, pohon bambu belakang Pusgiwa. Pada waktu ospek jurusan, di tempat itu ada salah satu panitia yang melihat sosok wanita. Percaya atau tidak, pohon bambu faktanya memang digemari sebangsa kuntilanak. Mereka senang bersarang di dahan-dahan bambu yang rapat dan lembab. Apalagi di pinggir danau tanpa penerangan. Mereka pasti suka. Saya harap ada hasil foto yang bagus jika bambu di sini di potret. Kali ini saya mulai merinding lagi. Bulu-bulu halus di tangan dan leher, agaknya berdiri. Apalagi ghost detector kembali menguat. Titik di radar berjumlah empat. Apa arti dari tanda-tanda ini?

Di tempat ini hawa mistis sangat terasa. Beberapa orang dari kami tampaknya tak mau berlama-lama. Sejujurnya yang saya paling khawatirkan dari kegiatan jelajah malam ini yaitu kesurupan. Saya tidak mau ada salah satu di antara kami yang kesurupan. Kalau sampai kesurupan, siapa yang akan menyembuhkan? Tak ada yang bisa di antara kami bersembilan. Maka kami tak ada yang berani bengong, diusahakan tetap berbicara atau mengerjakan sesuatu. Beberapa saat kemudian kami bertemu kembali seorang pemancing. Ia tampak tenang tak sepengecut kami. Dia malah asik menanti sambaran ikan.

Tim Beristirahat Di Halte Pusgiwa-PNJ
Kami akan kembali beristirahat di halte bus antara Pusgiwa dan PNJ. Sebelum tiba di sana kami harus melewati rerimbunan pohon besar dan deretan bambu-bambu yang ada di sisi kiri. Pohon dan bambu di sini jauh lebih lebat di banding lokasi sebelumnya. Batang-batang bambu meleyot-leyot menutupi cahaya bulan di atas kepala kami, rapat sekali! Kami seperti merasa masuk ke terowongan bambu. Saya kembali berasumsi. Tempat seperti ini layak sekali untuk dihuni makhluk sejenis wewe gombel atau kolong wewe. Terbayang pula makhluk wewe dengan kuku panjang, payudara besar, sambil menyeringai. Astaga, sudahlah jangan terlalu jauh berkhayal. Ghost detector kembali beraksi. Tepat di danau, titik itu berasal. Lagi-lagi Andra memotret. Siapa tahu ada buaya siluman di danau UI.

Tiba di halte kami langsung beristirahat lagi. Tak percuma botol minum ukuran 1,5 liter hampir kami habisi, meski perjalanan masih jauh. Di sini kami beristirahat paling lama. Mata mulai terasa ngantuk. Beberapa dari kami malah sambil memejamkan mata. Tapi kami tak mau melewatkan pukul tiga. Bagaimanapun pukul tiga adalah puncak kesakralan dimana sosok makhluk halus lebih mudah untuk ditemukan. Benarkah demikian?

Perjalanan kami lanjutkan ke Tempuran, istilah pertemuan dua arus sungai yang menjadi satu. Tempat seperti itu sejak jaman dahulu dikeramatkan. Di dekat kami kebetulan ada tempuran antara air danau yang dari arah lapangan tenis PNJ dan aliran kali yang berasal dari arah lapangan hocky UI. Keduanya bertemu di sini. Benar saja, secara mengejutkan ghost detector langsung beranjak naik melampaui level tiga. Ini adalah skala paling tinggi dari sebelumnya. Tak di sangka titik di radar pun berjumlah 3-4 buah yang terus berpindah-pindah. Lagi-lagi suasana kembali mencekam setelah cair waktu istirahat tadi. Tempuran ini jaraknya kurang lebih 150 meter dari menara air yang disebut-sebut pusat kekuatan gaib di kampus UI.

Kami tak berlama-lama, karena tujuan kami selanjutnya pastilah Menara Air UI. Jalan sedikit menanjak untuk mencapai menara air ini. Tegang terus menghantui perasaan kami. Pasalnya ghost detector yang tidak bisa dipercaya 100% itu terus menunjukan frekuensi tertingginya. Belum lagi bulu kuduk yang semakin merinding, membuat langkah kami tiba-tiba menjadi lebih cepat secara serempak. Hampir saja kami lari begitu salah satu item ghost detector, yakni ghost voice, yang berguna menangkap suara hantu  tertulis Pregnant. Diki mengartikannya hamil. Dengan demikian merindinglah kami semua membayangkan sesosok wanita hamil di tempat semacam ini.

Menara Air UI Saat Malam Hari
Kami berhenti tepat dibawah menara air untuk mengambil gambar. Seperti yang sudah diceritakan sebelumnya, di tempat inilah pusat kekuatan gaib di UI tetapi tampaknya tak menakutkan. Beberapa lampu penerangan jalan cukup menertangi kawasan ini. Kesan menyeramkan pun sirna sudah. Hampir kami kecewa. Tetapi tidak dengan ghost detector. Frekuensi justru naik, jumlah titik pun kembali bertambah dan berpindah-pindah di radar. Yang lain kemudian penasaran, kemudian melihat bersama-sama. Pada saat itulah sesuatu yang sudah saya harapkan sejak merencanakan jelajah malam ini terjadi juga.

Saat yang lain fokus melihat ghost detector sambil berbincang-bincang saya justru kaget begitu mendengar suara yang tak lazim dari arah belakang saya duduk. Suara itu berasal dari arah rerimbunan pohon karet, dekat menara pemancar sinyal handphone. Suara itu melengking sedikit nyaring dan panjang tetapi terdengar sayup-sayup seperti dari kejauhan. Persis suara cekikikan kuntilanak. Andi juga terperanjak mendengar suara itu. Anehnya cuma saya dan Andi yang mendengar. Begitu saya tanyakan kepada yang lain, mereka tak mendengar apa-apa selain suara kami sendiri. Menurut kepercayaan, jika mendengar suara kuntilanak dengan keras, berarti kuntilanak sebenarnya berada jauh dari tempat kita. Hal itu berlaku sebaliknya. Ya ampun, suara tadi terdengar pelan sayup-sayup dan terkesan jauh. Berarti sebenarnya....
Salah Satu Bangkai Kendaraan Pemadam

Tak lama kami tinggalkan lokasi menara air menuju bengkel bus kuning UI dan beberapa bangkai kendaraan operasional universitas yang sudah usang. Di sana kami foto-foto. Perjalan dilanjutkan ke lapangan depan rektorat. Tak ada yang menyeramkan di sini kecuali satpam. Agar tidak berpapasan dengan satpam keliling, maka kami memutuskan berbelok ke arah Perpustakaan UI lalu menuju pintu keluar Barel. Namun, kami tak mau melewatkan penghujung dini hari ini sia-sia. Wahyu, Dwi, Dio, Andra, Fakih, dan Andi sangat terobsesi mendaki perpustakaan.

Bengkel Bikun Lama
Bentuk perpustakaan yang seperti bukit teletubies itu memang menantang untuk didaki. Puncak perpustakaan adalah dataran rumput paling tinggi di Universitas kami. Maka dengan terpaksa saya mengikuti obsesi teman-teman yang lain. Pasalnya, untuk hal yang satu ini saya benar-benar cemen. Bukan masalah takut ketinggian, tetapi ini pertaruhan paling menegangkan. Apa yang terjadi kalau aksi kami diketahui satpam perpus. Belum lagi gedung ini dilengkapi kamera CCTV yang mengintai tanpa kami ketahui lokasi pemasangannya.

Bayangkan, apa yang orang lakukan untuk bersusah payah menaiki atap gedung selain mencuri? Apalagi di dalam perpus perangkat mewah seperti komputer merek apple disimpan. Tentu saja kami akan ditangkap, diperkarakan, dan dituduh maling. Mengerikan bukan? Tetapi teman-teman benar-benar nekat ingin melihat kampus UI dini hari dari ketinggian.

Pemandangan Di Atas Perpustakaan UI Dini Hari
Cara kami mendaki yakni dengan mengikuti alur saluran got yang melipir dan melintang bukit perpustakaan. Got ini licin karena berair dan berlumut. Cukup berbahaya untuk dilakukan dalam keadaan seperti ini, tetapi ini masih lebih mudah dibanding tahap berikitnya. Kami harus melintasi kaca setebal 1 cm yang dibawahnya terdapat ruangan komputer-komputer itu disimpan. Kemudian kami merayap secara vertikal dengan menapaki rumput-rumput berembun yang rawan longsor. Ini adalah suasana paling tegang. Lebih tegang daripada menghadapi hantu. Meski dengan susah payah seperti itu akhirnya kami berhasil mencapai puncak Perpustakaan UI. Wah prestasi luar biasa meskipun ini sebuah kenakalan remaja yang tak wajar.

Menuruni Bukit Perpustakaan UI
Ada hal yang lebih mengerikan dibanding mendaki bukit Perpustakaan. Menuruninya! Menuruni rumput rawan longsor dengan kondisi gelap dan licin adalah hal tersulit. Diki, Fakih, dan Arif jalan paling depan, dia sudah berhasil melewati bagian rumput vertikal. Selebihnya masih tersisa dan tersiksa di atas. Hal menegangkan kemudian terjadi. Tiga rekan yang di depan kemudian berubah perilaku. Saat menuruni got mereka kemudian merayap-rayap seperti mengumpat. Kepala mereka diusahakan tidak lebih tinggi dari tinggi got. Apa yang mereka lakukan? Suara orang berbicara menjawab pertanyaan saya itu. Sementara yang di atas sedang kesulitan turun sambil bercanda dan tertawa, dua orang satpam tampak sedang berjalan sambil berbincang dengan rekannya di Fakultas Hukum (FH), tepat di sebrang jalan lokasi kami turun. Untung saja ini gelap, semoga mereka tak melihat karena samar-samar. Kedua satpam itu berjalan sambil berjaga melihat sekeliling FH. Gawat!

Jelajah Malam Berakhir Happy Ending
Suara kelima orang yang masih terjebak di atas pasti akan terdengar hingga FH kalau satpam itu jeli. Kami berempat dibawah benar-benar dalam posisi tak bisa ditawar lagi. Terpaksa tas saya basah terkena air got saking rendahnya saya mengendap. Tak peduli basah, yang penting selamat! Akhirnya satpam itu berjalan menjauhi arah kami. Dengan nafas yang lega akhirnya kami dapat turun kembali dengan selamat.

Begitu kesembilan orang tim telah terkumpul kami melanjutkan perjalanan pulang dengan keluar melalui pintu Barel. Perut yang lapar dan haus membuat kami untuk sejenak mampir di warung kimpul,  semacam tempat makan dan nongkrong sekelas warteg yang buka 24 jam di kawasan balik rel. Usai istirahat dan makan akhirnya kami kembali lagi ke kontrakan dengan menaiki angkot. Sepertinya aktifitas orang ke pasar mulai terlihat. Kami tiba di kontrakan tepat adzan subuh. Jelajah malam pun berakhir.

                                                  
Terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam jelajah malam ini.
Tuhan YME,
Andra, Dio, Wahyu, Dwi, Andi, Diki, Arif, Fakih
Yang mendukung :
Rara, Zenny, Asti, Tera, Patrisia, Mantek, Rizal, Satpam UI, Perhimpunan Hantu Se-UI, Persatuan Tukang Pancing Danau UI, dan semua pihak yang tak bisa disebutkan satu-persatu.
                                                   

Video Di Kandang Rusa UI

Comments

  1. Tulisan anda sangat menarik dan menghibur

    ReplyDelete
  2. Maaf gan mau tanya , udah telusuri danau yg didepan tempat sampah yg ada mayat bayinya belum? Gue seraching kesitu tapi gaada hasil , dan gue mau tanya lagi dong ,ada info tempat angker atau extreme lagi ga selain di UI? Coba deh lu cek daerah komplek RRI disitu ada 1 rumah kosong thanks

    From Citayam

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo yang deket tong sampah udah gan.. tapi gak ada apa-apa di sana.
      RRI ane belom pernah denger, makasih infonya, tapi ane belom berani.hehe
      Kalo di depok ada lagi tuh... bekas asrama perawat (jl.raya sawangan) sebelah RS bakti yuda.. terus di daerah sawangan ada beberapa tapi belum pernah coba

      Delete
  3. Nyesel bgt browsing ceritA misteri UI...
    Tiap malem sekitar jam stgh 11 gue lewat kutek danau fisip.aihhg...

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha sabar ya... naik ojek aja udah paling aman. gak ada cerita ojek hantu.haha

      Delete
  4. ,.bacanya sambil deg-deg an,.ttp seru,.#pserta kursus LBI

    ReplyDelete
  5. MINTA informasi tentang kuburan dibawah jembatan ui,, yang cuma da satu, mohon infonya ya,,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ane belom tau gan, ane sendiri masih nyari kuburan yg dimaksud yg mana. Mungkin ada yg bisa bantu?

      Delete
    2. adanya di sebelah kiri, sebelom bawah jembatan pisan. cek aja, ada nisannya kok

      Delete
    3. Ane tau sob,.keluarga ane ada tau cerita itu dari dulu soal.makamnya. Gak angker2 banget

      Delete
  6. Naaiya tuh gan , kuburan itu bener ada isinya ga si ?? Ko bisa gitu ada kuburan nanceb sendirian disitu ,

    ReplyDelete
  7. Sekarang kuburan nya sudah g ada nisan nya. penasaran jg sama itu kuburan, bener apa enggak?

    ReplyDelete
  8. Ane maba ui ,dan ane jadi parno ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. gua mahasiswa lama ui, dan masih parno ...

      Delete
  9. gan di teksas sama di kuburan bikun gua ada foto penampakannya, asik lho. sama di lapangan rotunda juga.

    ReplyDelete
  10. Seru gan....tp yg ane khawatirin klo ente ketemua sama perampok....waaaa :D

    ReplyDelete
  11. serem...kenapa pohon2 ga ditebangin aja trus buat taman aja

    ReplyDelete
  12. Bagus bro tulisannya, serasa ingin ikut terlibat dalam petualangan kalian, pasti seru, menegangkan dan lucu,,

    ReplyDelete
  13. hi kk semuanya ^_^ kunjungi juga ya blog lina di Penivagi ditunggu ^_^

    ReplyDelete
  14. Kocak bgt asli, di sekitar danau menuju ke perpus gue prnah di tegor sama suara "ssstt!!" pas lg foto"

    ReplyDelete
  15. Ane kuliah di gundar pengen banger ngerasain jalan malam angker di UI kalo pengen jalan lagi ketempat lain mungkin ajak2 ya,ane mau sendirian terlalu EXTREME :D

    ReplyDelete
  16. gan ajak ajak ya kalo mau beginian lagi. ane anak ui yg suka bgt beginian hehe

    ReplyDelete
  17. coba stay di jalur motor blkg pnj tembusan ke beji timur

    ReplyDelete
  18. 9 orang maah gak bakalaan nongol tu pocong. Maksimal 3 orang coba daah

    ReplyDelete
  19. Gan saya pernah sekitar jam 1 malam,melewati pos rel kereta ui,itupun terpaksa lewat stu,ada orang saya nanya sma dia malah didiemin trus mukanya serem,kayak hantu gtu,kalian udah coba?pas saya lewat cuma berdua, saya sma tmn saya

    ReplyDelete
  20. Njier.. baru sehari.. gua abis dri hutan UI ber2 doang..

    ReplyDelete
  21. ane kaget pas liat videonya gan hahaha good job ditunggu cerita" lainnya

    ReplyDelete
  22. Thanks for info, https://bit.ly/2A1GPz7

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Rute Angkutan Umum di Cinere

Perjalanan Sehari Jakarta - Kawah Putih Naik Motor

Transportasi dari Jakarta ke Pos Pendakian Gunung Sindoro-Sumbing, Wonosobo