Luka

Aska tidak pernah menyangka. Petang ini dia baru saja mendengar cerita Lasmi, teman sekolahnya, kalau cowok yang dia sukai ternyata memiliki perasaan yang sama. Bermodal cerita itu, dia memberanikan diri untuk membuat janji dengan cowok itu. Di sebuah pertigaan dekat alun-alun desa Kepuh, lewat chat facebook Aska meminta cowok itu datang menemuinya. Hari itu adalah hari paling bahagia dalam hidupnya. Cowok ganteng, berperawakan gagah, terkenal sangat agamis, ternyata mau menerima ajakannya. Cowok yang setiap hari membawa motor Suzuki Satria ke sekolah ini, tidak lain adalah Rudi. Semua orang tahu kalau Rudi termasuk cowok idaman para cewek di sekolahnya. Apalagi dia siswa kelas tiga, paling senior di antara adik-adik kelasnya. Selama ini Rudi terkenal pendiam dan dingin. Dia juga sering disebut cowok misterius oleh para cewek di sekolahnya. Sebelumnya, dia tidak pernah mau tertarik dengan cewek-cewek yang mendekatinya. Mungkin karena sikap agamisnya itu, dia tidak pernah pacaran selama di SMA. 

Pukul empat sore Aska sudah stand by di pertigaan alun-alun bersama Lasmi. Maklum, dia sangat pemalu, jadi tak berani sendirian bertemu langsung dengan Rudi. Sore itu Aska memakai baju berbahan sifon warna pastel dan bercelana jeans. Sederhana, tapi tampak manis. Dia tampak cemas, takut kalau Rudi lupa akan janjinya. Sambil menunggu, mereka berdua berbicara panjang lebar tak habis-habis membicarakan tentang Rudi. Lima belas menit berlalu, motor satria biru tak kunjung tampak. Tiga puluh menit berlalu, Aska makin cemas sembari melihat-lihat handphonenya berharap ada sms masuk dari Rudi. Aska khawatir kalau ternyata Rudi cuma main-main. Padahal Aska berharap hari ini dia bisa menyatakan perasaannya lebih jelas. Dia tidak berharap untuk bisa lebih jadi pacarnya, baginya, yang penting dia bisa melampiaskan perasaannya dengan Rudi. 

Langit berubah mendung, angin berhembus kencang, tetes hujan berjatuhan dari langit. Lasmi tidak bisa menemani, dia harus pulang. Lasmi mengajaknya pulang, karena Lasmi yakin Rudi tak akan datang. Aska menolak karena dia sangat yakin cowok seperti Rudi pasti akan menepati janji. Kini Aska tinggal sendiri. Dia mulai kebasahan karena terkena air hujan. Tak ada tempat teduh kecuali pohon-pohon randu yang besar di sekitar alun-alun. Petir menyambar-nyambar, tapi Aska masih bertahan. Dia terus memandangi ujung jalan, berharap Rudi segera datang. Sudah lebih dari satu jam dia menunggu. Hingga akhirnya tampak samar-samar seseorang mengendarai motor warna biru. Motor itu semakin mendekat, Tidak jelas siapa pengendaranya karena memakai jas hujan. Dia memakai helm warna hitam. 

"Ka, ayo naik! Aku Rudi," ujar pengendara motor itu sambil membuka kaca helm perlahan di antara hujan. Aska gemetaran. Tanpa kata dia langsung duduk di jok belakang dan masuk ke dalam jas hujan batman.

"Kita ke rumahku dulu, soalnya hujan. Maaf aku telat, tadi aku ketiduran." Suara Rudi tak terlalu kedengaran karena terlalu deras hujan sore itu. Aska cuma mengiyakan. Dia sebenarnya ragu-ragu untuk memeluk pinggangnya, tapi karena badannya yang basah kuyup dan dingin dia tanpa sadar sudah memeluk Rudy. Rudy juga tak bergeming, dia tetap fokus mengendarai motor menuju rumahnya. 

Mereka telah sampai. Motor dimasukan Rudi ke garasi rumahnya dan menyuruh Aska untuk masuk saja. Dia kembali meminta maaf kepada Aska karena telat datang. Di ruang tamu aska disuguhi Rudi teh hangat dan makanan ringan. Aska diberinya baju ganti milik kakaknya. Aska masih menggigil kedinginan. Rumah Rudi tampak sepi, semua keluarganya sedang menginap di tempat saudaranya. hanya Rudi yang tinggal sendiri. Di luar hujan malah semakin deras. sesekali reda, tetapi deras lagi kemudian. Aska mulai membuka pembicaraan dengan Rudi. Aska membuka pembicaraan dengan cerita pertama kali mereka berkenalan waktu di acara OSIS. Aska meminta maaf karena dulu tak pernah saling tegur. Baru kali ini mereka mulai intens. Itu pun karena ada Lasmi yang mendekatkan Rudi dengan Aska. Semua itu berawal dari tugas sekolah yang mereka kerjakan bersama. Lasmi yang memang sudah lama dekat dengan Rudy akhirnya mengenalkan Aska. 

Pembicaraan semakin hangat. Hingga suatu momen mereka berdua terdiam tiba-tiba. matanya saling pandang. Saat itu juga darah terasa berdesir dalam tubuh Aska. Begitu pun Rudi, dia tiba-tiba menjadi gugup dan salah tingkah. Rudi langsung berusaha mengalihkan mata dan kembali berbicara. Tapi kata-katanya tambah kaku dan tersendat-sendat. 

"Rud!" Hentak Aska membuat Rudi terdiam dan terperangah. 

"Aku sayang kamu, Rud. Mungkin ini momen yang tepat buat bilang ke kamu." Mata Aska tampak tajam menerobos pikiran Rudi. Rudi diam sejenak. Dia hanya tersenyum simpul mendengar kata-kata Aska. Dia malah mengangguk-angguk.

"Maksud kamu?" tanya Aska kepada Rudi yang cuma diam itu.

"Aku ada rasa juga kok sama kamu. Nggak perlu aku perjelas, kan?" kata-kata Rudi seakan menyihir Aska. Sekarang Aska yang menganggukan kepala pertanda dia paham kalau mereka memang saling suka. Aska mendekati Rudi. Mereka saling tatap dan saling diam. Tangan Rudi mencari tangan Aska.  Disentuhnya tangan itu dengan lebut dan digenggamnya dengan sangat erat. Dunia dalam sekejap berubah jadi surga. Hati mereka saling berbunga. Rudi makin mendekat hanya lima senti jaraknya dari wajah Aska. Aska pikir Rudi akan menciumnya. Padahal Aska berharap itu. Kalau iya, ini akan jadi ciuman pertamanya. Rudi justru memalingkan wajahnya. Tangannya langsung merangkul Aska. Rupanya Rudi ingin memeluk Aska. Aska justru gemataran. Jantungnya berdegup kencang. Baru kali ini dia nembak cowok dan diterima, malah dapat pelukan pertama. Pelukan Rudi semakin erat. Wajah Aska memerah. Rudi membisikkan telinga kanan Aska dengan ungkapan perasaan yang mulai ia rasakan sejak belajar kelompok. Demikian pula Aska. Mereka tetap saling peluk tak terlepaskan. Aska melepas pelukan secara tiba-tiba dan sangat mendadak.

"Kenapa Ka? Aku salah yaa udah meluk kamu? Maaf," ungkap Rudi yang tersentak kaget.

"Aku pertama kali dipeluk kayak gini cuma sama kamu, Rud." Rudi memelas tapi senang. Dia pun merasakan hal yang sama. Belum genap ia mengeluarkan kata-kata tiba-tiba wajah Aska mendekatinya dan tanpa kata Aska langsung mencium kening Rudi. Aska deg-degan, Rudi mati ekspresi. 

"Aku sayang kamu Rud!" Aska kembali mencium kening Rudi. Sekali, dua kali, tiga kali, semakin turun ke bawah hingga bersentuhan bibir mereka. Aska pikir Rudi hanya akan diam. Hal itu tak seperti yang dipikirkan Aska. Rudi semakin bergerak mencium balik bibir manis Aska. Bibir mereka seakan saling terkunci. Pikiran Aska sudah kemana-mana. Dia pikir kalau seperti ini Rudi pasti pernah sebelumnya. Hal itu tak sempat ia tanyakan kepada Rudi karena Aska begitu menikmati ciuman pertamanya itu. Aska seperti tersihir oleh belaian tangan Rudi yang memeluk erat tubuhnya. Kali ini perasaannya bercampur-baur. Rasanya Aska sayang sekali dengan Rudi. Hingga lima menit ciuman mereka hentikan.

Di luar hujan mulai mereda. Aska ingin pulang. Rudi menahannya. Dia menyuruh Aska untuk makan dahulu di rumahnya. Tak ada apa-apa kecuali mie instant yang harus mereka masak dulu. Aska memang sudah keroncongan. Tak ada alasan bagi Aska untuk menolak anjuran Rudi sekali pun waktu sudah beranjak jam delapan malam. Tak biasanya Aska belum kembali ke rumah pukul delapan. Padahal, pulang telat maghrib saja biasanya Aska sudah dimarahi orangtuanya. Wajar, orang tua Aska selalu mengajarkannya disiplin dalam segala hal. Orang tuanya tegas dalam mendidik anak. Tapi aska sangat lapar. Dia tak jadi pulang. Dimasaknya mie instant itu dengan cekatan. Mereka makan berdua di ruang tengah dengan duduk di sebuah sofa besar dan hangat, bukan di meja makan. Hawa dingin karena gerimis dari luar rumah membuat mereka makan dengan sangat lahap. Mereka saling ngobrol kalau mereka sangat senang telah mengungkapkan perasaan mereka masing-masing di hari itu. 

(...Bersambung...)

Comments

Popular posts from this blog

Rute Angkutan Umum di Cinere

Perjalanan Sehari Jakarta - Kawah Putih Naik Motor

Transportasi dari Jakarta ke Pos Pendakian Gunung Sindoro-Sumbing, Wonosobo