Pendakian Gunung Paseban Megamendung (Bagian Pertama)

Ada jembatan yang melintas di atas curug ini
Kesunyian segera menyergap suasana di sekitar kami. Hanya ada suara jangkrik yang saling bersahutan. Pohon-pohon pinus menjulang tinggi rapat mengelilingi jalan menuju air terjun. Tidak beberapa lama kami melintasi sebuah jembatan kecil yang menyebrangi sungai dengan sisi bawah air terjun setinggi 8 meter. Kami berada di lokasi wisata alam Curug Panjang, Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Bukan lokasi air terjun yang kami tuju, tapi kami hendak mendaki kawasan perbukitan di Megamendung. Kami terdiri dari 4 orang selain saya, ada Andra, Wono, dan senior kami bang Irsad yang usianya sudah kepala empat. 

Petang itu kami baru saja turun angkutan umum di ujung jalan terakhir sekitar Curug Panjang untuk melanjutkan perjalanan ke salah satu rumah penduduk di kaki gunung Paseban. Dari Curug Panjang, kami harus menanjak melewati jalan setapak sekitar dua setengah kilometer atau satu setengah jam perjalanan dari titik turun angkot. Setelah melewati jalan berbatu yang panjang sesekali curam akhirnya kami menemui salah satu rumah penduduk tempat persinggahan kami malam itu. Sebuah keluarga sederhana peladang dengan kepala keluarga bernama Eman menempati rumah panggung kayu desa terakhir sebelum menembus hutan rimba perbukitan Megamendung.

Tak ada cahaya yang terang benderang dari rumah ini kecuali dari lampu pijar kuning yang tergantung diatas atap rumah serta kelip-kelip cahaya kawasan puncak dari kejauhan. Di desa ini, mereka memanfaatkan energi listrik mikrohidro. Setiap rumah memiliki kincir air dari aliran irigasi yang tak pernah kering. Energi ini cukup untuk menyalahkan lampu 3 buah meski redup. Jika debit air tinggi, mereka bahkan bisa menyetel televisi. Beruntung meski jalan desa di sini berbatu dan curam, mobil dan motor yang termodifikasi dapat menembus desa ini sehingga transportasi warga dapat terbantu. Itulah gambaran desa Paseban di kaki gunung Paseban, Megamendung, Jawa Barat.

Kami menginap di tempat ini menunggu mentari terbit esok hari. Sementara bang Irsad di dalam, yang lain harus rela kedinginan tidur di teras rumah panggung itu tanpa alas apapun kecuali sarung dan sebuah sleeping bag yang harus dibagi tiga. Hanya udara malam yang menusuk kulit dan suara jangkrik turut menemani kami malam itu. 

Pagi datang, usai sarapan kami bergegas memulai pendakian. Kami berangkat pukul delapan pagi. Tujuan pendakian kali ini adalah untuk survei lapangan pra-acara pendidikan dasar pecinta alam kami, Gasak Pala SMAN 46 Jakarta. Bang Wono dulu pernah ke sini sebelumnya, begitu pula bang irsad. Namun itu sudah lama, terakhir saat evakuasi korban tewas dari pecinta alam Universitas Budi Luhur tahun 2006 atau 2007 kalau tidak salah. 

Satu jam perjalanan dari desa ini ke batas hutan. Sebelum memasuki hutan, kami harus melipir bukit-bukit kecil dengan jalan datar sesekali menanjak. Di sini vegetasi tidak rapat karena lokasi ini bekas pembongkaran hutan untuk ladang. hanya saja rumput dan belukar cukup tinggi dan menutupi badan jalan yang hanya setapak. Ujung jalan ini berakhir dengan bertemunya dua arus sungai yang menjadi satu. Ada jembatan dari kayu untuk menyebrang derasnya aliran sungai berbatu besar itu. Kami menyebrang mengambil arah ke kiri. Dan di sinilah perjalanan dengan vegetasi hutan rimba tropis dimulai.

......(Bersambung).....


Comments

  1. Bang ini Gunung Paseban yang di curug cibulao bukan ya?

    ReplyDelete
  2. Kalo bener, transportasi yang paling murah dan nyaman buat ke sana apa ya? dari Universitas Indonesia, Depok

    ReplyDelete
    Replies
    1. baca tentang Paseban di situs resminya
      https://paseban.co.id/tentang/historis-geografis/

      Delete
  3. Curug ciblao kalo gak salah itu di atas curug panjang kan yaa? Kalo iya, berarti bener. Yang jelas megamendung, kawasan puncak Jawa Barat.
    Dari kampus UI naek 112 ke pasar rebo. Di puteran pasar rebo tunggu bis apa aja (Jurusan Tasik, Garut, Bandung)yang via cianjur puncak. 12-15rb lah ongkosnya. Turun di masjid megamendung naek angkutan ke atas sekitar 7rb perorang. Minta turun di curug panjang. Abis itu jalan dah

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Rute Angkutan Umum di Cinere

Perjalanan Sehari Jakarta - Kawah Putih Naik Motor

Transportasi dari Jakarta ke Pos Pendakian Gunung Sindoro-Sumbing, Wonosobo