Gue, Passion, dan Masa Depan

"Pada akhirnya gue percaya bahwa hidup itu berawal dari pikiran,
diaplikasikan dengan perbutan, dan diakhiri dengan kegagalan."
Gue sering kali menghadapi berbagai pertanyaan seputar dunia kehidupan gue. Terutama pertanyaan itu seputar apa hobi lo? Kadang kali orang juga bertanya apa passion lo? pertanyaan ini selalu mengusik pikiran gue. Hingga akhirnya gue harus mencari tahu apa sebenernya hobi. Ini penting sekali sebab passion ataupun hobi sangat berpengaruh terhadap masa depan lo. Orang bilang kalau mau masa depan lo sukses maka lo harus menjalani hidup sesuai passion lo. Berangkat dari hal tersebut, gue memutuskan untuk mencari tahu apa sebenernya passion gue.

Awalnya gue berpikir gue suka musik. Wajar, gue memang suka bermain instrumen musik, terutama biola dan gitar. Meskipun kemampuan gue serba terbatas, paling gak gue udah beberapa kali manggung di kampus sendiri. Ada yang di bayar, ada juga yang cuma dapet terimakasih. Gue juga beberapa kali memenangi kompetisi musik. Apa itu passion gue? Ternyata gak. Meskipun gue suka main musik, gue gak ada niat untuk belajar lebih dalam, apalagi kalo ngejadiin kemampuan main biola gue itu sebagai komoditi ekonomi. Alesaannya, saat gue bermain musik, gue ngerasa jiwa gue gak sepenuhnya disitu. Gue gak yakin akan kemampuan gue yang satu itu sebagai passion gue.

Lanjut. Gue suka mendaki gunung. Ini memang hobi gue yang udah ada sejak SMA. Gue pernah mendaki beberapa gunung di tanah Jawa. Gue pernah ke gunung Salak, gunung Gede Pangrango, dan Gunung Ciremai untuk wilayah Jawa Barat. Sementara di Jawa Tengah gue pernah mendaki gunung Sindoro dan gunung Sumbing sekaligus dalam seminggu hanya bersama seorang temen gue. Terakhir gue mendaki gunung Slamet lagi lagi hanya berdua. Gue memang seorang yang gak suka dengan keramaian. Gue gak suka banyak orang. Gue suka menyendiri dalam sepi. Apa itu passion gue? Rasanya juga gak. Gue udah kena ambeien ringan. Sejak saat itu gue gk mendaki lagi atau gak boleh mendaki lagi. Lagi pula gak banyak yang bisa dijual dari hobi ini selain jual cerita dan jual informasi barang-barang pendakian. Tapi gue gak suka soal itu.

Di kampus gue juga suka dengan dunia jurnalistik. Oleh karena itu, gue malah kepikiran buat bikin majalah kampus dengan tema budaya. Madubranta namanya. Seiring berjalannya waktu majalah itu ingin diperluas sasarannya untuk umum dan topiknya tetep soal budaya. Namun, segala kerumitan bisnis media cetak membuat gue berpikir ulang. Gue coba alihin ke media online, tapi gue belum punya cukup ilmu. Dampaknya gue frustrasi. Gue berpikir terus dan gagal gagal dan gagal lagi.Se3lalu ada hal yang membuat gue terus pesimistis. Bukan cuma di madubranta, meskipun gue juga ikut media jurnalistik utthana, khusus jurusan, gue juga terkendala masalah yang sama. Singkat cerita, bisnis jurnalistik gak menjanjikan.

Musik tetap berjalan, jurnalistik juga berlanjut meski frustrasi, mendaki gunung pun masih gue idam-idamkan, tapi gue coba cari cara untuk menjalani hidup biar bisa survive dan terus belajar. Gue coba bisnis jual beli kaos. Luar biasa. Di awal-awal gue mendapat keuntungan yang lumayan, tapi karena keterbatasan waktu dan tenaga antara kuliah dan bisnis kaos, usaha ini pun gak serius. Saat-saat terberat ketika gue harus gagal menjual produk yang gue udah terlanjur ditangan gara-gara salah ukuran, salah warna, dan kesalahan-kesalahan yang lain. Namun, usaha ini pun buyar. Manajemen yang kurang bagus, ketidakdisiplinan membuat usaha ini tidak matang, setengah-setengah, bahkan seadanya. Jiwa gue yang memang kurang minat terhadap fashion dan belanja menyebabkan gue jadi cepet jenuh.

Sebenernya gue masih punya cadangan, yakni pendidikan gue. Gue yang saat ini menempuh program studi Jawa di UI pun secara akademis tergolong baik. IP gue selalu di atas angka 3. Tidak hanya itu. Gue juga kerap mengikuti perlombaan karya tulis. Gue pernah juara I PKM Artikel Ilmiah se-FIB UI sampe akhirnya ditunjuk sebagai perwakilan FIB di Olimpiade Ilmiah Mahasiswa UI. dan terakhir lolos pendanaan DIKTI tingkat nasional PKM Pengabdian Masyarakat tahun 2012.Dari segi kesastraannya, gue juga pernah menjadi juara ke-III cipta puisi di fakultas gue, fakultas yang terdiri dari 12 jurusan sastra dan 3 humaniora. Ini kan bukan hal yang mudah. Hanya saja gue merasa jiwa gue bukan di situ

Gue coba cari lagi perkara passion gue yang sebenernya. Gue suka sekali merancang bangunan. Dalam bentuk kecilnya gue dipercayateman-teman untuk mengkordinasikan lomba GSR yang intinya soal desain stand. Gue masukan ide-ide gila. Dengan bantuan teman-teman dijurusan peran gue itu pun memetik hasil. Jurusan gue tahun 2011 berhasil menang juara II, dan satu tahun kemudian prestasi itu ditingkatkan jadi juara I. Luar biasa bukan? Tapi bukan itu juga yang gue harapkan. Gue ingin sekali punya usaha perumahan. Gue pengen jualan rumahlah intinya. Gue sejak kecil memang sudak terdidik dalam keluarga mandor bangunan, alhasil gue suka mengamati bokap gue kerja. Sejak saat itu gue senang dengan dunia konstruksi. Hingga akhirnya permasalahan gue berhanti karena masalah modal.

Kesulitan ekonomi membuat gue harus berpikir keras dan berusaha lebih keras demi lepas dari cengkraman kesuliatan keuangan. Pertengahan 2012 keluarga gue jatuh terpuruk. Gue terpaksa harus merelakan rumah tanah dan berbagai harta yang udah keluarga gue pergunakan selama hidup. Sejak saat itu kehidupan makin tak tentu. Gue terus berpikir, terus berusaha, terus belajar, terus mencoba, dan terus gagal. Padahal kelak ketika gue lulus dan tunjangan beasiswa gue habis, gue masih punya sisa pembayaran hutang kredit motor yang gue dapet dari sisihan beasiswa. Sementara itu gue juga udah punya kekasih. Gue punya target menikah. Padahal target gue menikah itu kalau gue udah memiliki kehidupan yang layak. Gue punya tempat tinggal yang jelas, punya kendaraan, dan punya usaha yang bisa menutupi biaya hidup. Kalau gak gitu ya cuma ada dua pilihan, jadi PNS atau karyawan swasta. Gak ada pilihan lain yang bisa ditawar. Hidup harus tetap berjalan kecuali tuhan punya kehendak lain selain semua itu di atas.

Comments

Popular posts from this blog

Rute Angkutan Umum di Cinere

Perjalanan Sehari Jakarta - Kawah Putih Naik Motor

Transportasi dari Jakarta ke Pos Pendakian Gunung Sindoro-Sumbing, Wonosobo