Mitos Ratu Kidul, Legitimasi Kekuasaan Raja

Tari Bedaya Ketawang diciptakan oleh Sultan Agung
sebagai persembahan  menyambut kedatangan Ratu Kidul
Hampir seluruh masyarakat si pesisir selatan pulau Jawa mempercayai tentang adanya kerajaan ghaib yang kemudian dikenal dengan berbagai nama. Orang Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta mungkin lebih akrab menyebutnya dengan nama Ratu Kidul. Di pesisir Jawa Barat, masyarakat lebih lumrah menyebutnya Nyi Roro Kidul. Saya pernah membaca buku terkait mitos ini, namun saya lupa judul dan penulisnya. Dalam buku tersebut menyebut bahwa antara Nyi Roro Kidul dengan Ratu Kidul berbeda. Buku itu menjelaskan bahwa Nyi Roro Kidul adalah anak Ratu Kidul. Masalah nama dan asal usul mitos ini memang selalu menjadi masalah bagi para ahli sastra. 

Terkait dengan asal-usul kemunculan mitos ini, Prapto Yuwono M. Hum, salah seorang dosen sejarah dan budaya Jawa UI dalam kuliah kebudayaan Indonesia menerangkan bahwa mitos Ratu Kidul muncul sejak adanya kerajaan Mataram dengan rajanya Sultan Agung Anyakrakusuma. Beliau memaparkan bahwa mitos ini berkemungkinan diciptakan Sultan Agung sebagai cara legitimasi kekuasaan di wilayah Mataram pada saat itu yang juga meliputi pesisir laut selatan Jawa. Sultan Agung mengakui Ratu Kidul sebagai istrinya, tentu sebagai istri ghaib disamping istri dan selir-selirnya dalam dunia nyata. Pada konteks masa itu, raja memang punya wewenang memiliki istri maupun selir lebih dari satu. Dari segi legitimasi kekuasaan tidak hanya sampai Ratu Kidul. 

Sultan Agung juga membuat segitiga kekuatan yang hingga saat ini dipercaya masyarakat Jawa yakni Gunung Merapi-Keraton-Laut Selatan. Artinya, Sultan Agung mungkin menciptakan mitos tersebut untuk tujuan legitimasi kekuatan, kekuasaan, atau dengan kata lain, bisa dikatakan upaya untuk menakut-nakuti rakyatnya agar tunduk pada keraton. Memang belum ada bukti tentang hal tersebut, saya hanya berusaha memaparkan gagasan ini. Sultan Agung memanfaatkan kekuatan laut selatan yang menyimpan energi besar secara geologi. Posisi laut selatan Jawa merupakan titik temu lempeng Eurasia dan lempeng Indoaustralia, sehingga memungkinkan terjadinya gempa tektonik. Belum lama ini juga ditemukan palung Jawa yang paling dalam se-Indonesia. Demikian juga Merapi, Merapi saat ini sudah digolongkan ke dalam gunung api teraktif di dunia. Oleh karena itu, gagasan ini sangat mungkin terjadi pada masa itu, ditengah pengaruh Animisme masyarakat Jawa yang kental.


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Rute Angkutan Umum di Cinere

Perjalanan Sehari Jakarta - Kawah Putih Naik Motor

Transportasi dari Jakarta ke Pos Pendakian Gunung Sindoro-Sumbing, Wonosobo