Pendakian Gunung Paseban Megamendung (Bagian Ketiga)

(Sambungan Bagian Kedua)

Kompas, Alat Navigasi Manual
Di puncak bukit yang gundul itu kami kemudian melakukan strategi navigasi manual. Bang irsyad mengeluarkan kompas dan peta keluaran bakosurtanal beberapa tahun silam. Setelah melakukan penembakan beberapa bukit terdekat, ditentukanlah titik lokasi kami berada. Bang Wono sebagai navigator modern juga membantu melakukan navigasi menggunakan GPS. 

Dari kedua hasil pengambilan lokasi, keduanya menunjukan titik yang tidak jauh berbeda. Hasilnya, kami mengarah bukan pada puncak gunung Paseban. Kami telah melenceng dan bergeser agak ke utara. Artinya, ada kemungkinan jalan yang kami lalui, salah!

Meski demikian, kami pantang mundur. Kami masih penasaran dengan jalan setapak yang sedang kami lalui ini. bang Irsyad menduga, jalan ini pada akhirnya akan menmbus ke satu titik yang sama, yaitu puncak Paseban. Namun, agar bisa mencapai puncak tersebut, berdasarkan peta kita harus melakukan perjalanan dengan mengikuti puncak punggungan ke arah timur laut. Oleh karena itu, kami memutuskan melanjutkan perjalanan. 

bang wono dan saya tetap di depan bergantian menebas penghalang. Setelah melewati bukit gundul itu, kami langsung disergap kembali oleh rerimbunan semak dan belantara hutan. Seperti layaknya hutan tropis pada umumnya, pada beberapa bagian hutan ini vegetasinya sangat rapat sehingga sinar matahari tidak sampai menembus ke tanah. Kelembaban pun sangat tinggi, terutama pada bagian yang cekung. Pada bagian inilah tanah sering berlumpur, dan pacet pun banyak yang menempel. Perjalanan kami sedikit terhambat karena kerimbunan ini, dn kewalahan menghadapi serangan pacet.

Kami mencapai satu puncak punggungan, kemudian kami melampauinya dengan menuruni untuk mencapai puncak punggungan selanjutnya. Hingga pada bagian ini, jalan setapak mulai semakin rapat dan sulit dideteksi jejak-jejak penerabas hutan. Kami kembali mencapai cekungan lembah kemudian menanjak. Arah dipertahankan ke arah timur laut. Sampai pada suatu bagian kami benar-benar kehilangan jejak. Kami hampir mencapai puncak punggungan selanjutnya, tapi pada bagian ini tak ditemukan satu pun tanda-tanda jejak para perambah hutan. Kami sejenak berhenti, dan berusaha mencari petanda apapun. Hasilnya nihil. Bang Irsyad sebagai kepala leader mulai bingung. Perjalanan kembali kami hentikan. Waktu menunjukan pukul 12 siang lebih beberapa menit. Dan kini kami tersesat.

.................bersambung...................

Comments

Popular posts from this blog

Rute Angkutan Umum di Cinere

Perjalanan Sehari Jakarta - Kawah Putih Naik Motor

Transportasi dari Jakarta ke Pos Pendakian Gunung Sindoro-Sumbing, Wonosobo