Mendaki Gunung Merbabu Via Suwanting, Liburan Santai Bersama Kawan Lama

Pada kesempatan kali ini gue akan menceritakan pengalaman mendaki gunung Merbabu via jalur Suwanting awal Mei 2018 yang lalu. Setelah hampir 7 tahun vakum nggak pernah naik gunung, akhirnya kesempatan naik gunung datang lagi.

Terakhir kali, gue naik gunung Slamet berdua saja dengan kawan pas kuliah dulu. Namanya wahyu, dulu kami kuliah di tempat yang sama di Depok. Sekarang gue udah nikah dan tinggal di Jakarta, sedangkan dia di Kediri sibuk ngajar di kampung Inggris Pare.

Kebetulan banget ada waktu libur gue ajak lagi lah bro Wahyu ini buat naik Merbabu. Sudah lama nggak naik, kangen juga. Penasaran, naik gunung jaman now kaya apa sih. Pas 7 tahun yang lalu soalnya naik gunung bukan kegiatan populer kaya sekarang ini.

Gue senang naik gunung itu berdua atau bertiga lah maksimal. Soalnya tujuan naik gunung buat gue pribadi ya buat cari kesunyian. Buat merenung, meresapi, dan memaknai hidup. Begitu filosofinya. Makanya nggak rame-rame. Lagipula, kalau rame-rame itu rempong. Bawa banyak orang berarti bawa banyak kepala. Pengalaman gue, yang begitu malah ujung-ujungnya repot, ribut, dan ribet.

Kami janjian ketemu di Jogja hari Minggu, 29 April 2018 untuk memulai perjalanannya. Gue sendiri berangkat dari Jakarta naik bus, sehubungan tiket kereta bisnis yang sudah habis. Naik eksekutif mahal, naik ekonomi kurang nikmat. Maka gue putuskan beli tiket bus Eksekutif Rosalia Indah tujuan Yogyakarta beberapa minggu sebelumnya. Gue emang suka naik bus karena memang sensasinya beda. Lebih berasa petualangannya.

Berangkat dari Pasar Minggu jam 16.30 telat 2 jam dari yang dijanjikan. Bus melaju dengan sangat lambat di tol Cikampek yang padat merayap. Maklum, bisa dibilang ini long weekend jadi macet dimana-mana. Perjalanan bus cukup nyaman. Gue duduk di hot seat (kursi paling depan) dan benar-benar nikmati banget lika-liku perjalanan. Karena gue sadar, kesempatan ini belum tentu datang lagi. Apalagi udah rumah tangga kaya sekarang.

Bus mengantarkan gue hingga tiba di ring road selatan Yogyakarta pagi hari sekitar jam 06.30 di tanggal 29 April 2018. Gue whatsaap Wahyu sebelumnya. Katanya dia sudah sampai duluan dan lokasi terakhir di Terminal Giwangan Yogyakarta.

Rencananya gue naik Merbabu via Suwanting. Dan untuk akses ke sana gue memilih menggunakan motor sewaan dari Jogja. Soalnya setelah gue hitung-hitung, daripada naik mobil travel, atau ngecer, budgetnya malah lebih mahal, mending sewa motor sendiri. Bebas mau kemana aja bisa.

Gue bergegas langsung ke Stasiun Lempuyangan naik Gojek dari titik turun bus tadi. Di Lempuyangan gue sewa motor Vario 125 dengan harga Rp.90.000/hari. Normalnya tipe vario ini kena Rp.80.000 tapi karena musim liburan naik 10 ribu deh. Yaudah gapapa. Tetap masih lebih hemat. Gue ambil 3 hari karena rencana di Merbabu ambil 2 malam. Lanjut gue balik lagi ke Giwangan jemput wahyu.

Ketemu wahyu jam 8an pagi di Giwangan, kami langsung lanjut cari sarapan dulu. Mampir di gudeg Yu Djum buat sarapan dan bungkus sekalian buat makan siang. Agak repot memang dengan satu motor naik berdua. Repot bawa carriernya. Carrier kami tumpuk keduanya dan ditempatkan di tengah.

Berbekal GPS kami melanjutkan perjalanan menuju Basecamp Suwanting lewat jalan Raya Magelang, lalu berbelok kanan ke arah Ketep Pass. Basecamp Suwanting tidak jauh dari Gardu Pandang Ketep Pass. Waktu tempuh hingga ke basecamp dari Jogja kurang lebih 2 jam.

Tiba di basecamp jam 11an siang. Cuaca cukup terik. Wahyu langsung registrasi dan membayar uang masuk untuk dua orang beserta parkir motor sebesar Rp.45.000. Rinciannya gue kurang paham. Harga yang cukup mewah untuk naik gunung jika dibanding tujuh tahun yang lalu. Dulu naik Sindoro biaya masuknya Rp.1000. sedangkan Sumbing biaya masuknya Rp.2000. Tapi okelah, jaman now emang udah beda.

Gue pilih naik Merbabu lewat Suwanting dengan beberapa pertimbangan. Pertama, jalur ini katanya relatif lebih sepi dibanding jalur utama via Selo. Kedua, tracknya memang lebih panjang dari jalur lain, tapi viewnya katanya indah karena bukan cuma Merapi, kita bisa lihat juga Sindoro, Sumbing, dan Andong. Ketiga, jalur ini punya banyak drum air untuk keperluan makan minum. Jadi nggak terlalu berat bawa air dari bawah.

Kami mandi dulu di basecamp, biar lebih adem. Selepas salat zuhur barulah kami memulai pendakian sekitar jam 1. Motor di parkir di salah satu rumah penduduk yang difungsikan sebagai tempat parkir. Aman kok. Dari parkiran kami mulai jalan menuju kebun sayur. Perjalanan yang cukup asoy  di awal ini sebagai pemanasannya. Sampailah kami di ujung batas hutan dan mulai menapaki jalan tanah yang ditutupi pohon pinus.

Gerbang Jalur Pendakian Merbabu Via Suwanting

Hutan Pinus Suwanting
Sampai di pos 1 sekitar jam 1an karena memang kami merencanakan jalan super santai. Biasanya naik Merbabu cukup satu malam. Tapi kami merencanakannya jadi dua malam biar lebih berasa liburannya. Soal naik gunung ini gue akuin memang cukup lemah. Maklum orang kota, jarang olahraga. Walaupun gue udah latian rutin 2 minggu prapendakian, tetap aja ngos-ngosan. Malah waktu di Slamet dulu, batru nyampe kebun sayur gue udah muntah. Tapi kali ini mendinglah. Apalagi ritmenya santai kaya di pantai.

Sambil jalan gue dan kawan gue ini asiklah ngobrol ngalor ngidul. Terutama soal kehidupan dia dan gue sekarang yang kaya apa. Sesekali nostalgia jaman kuliah dulu. Nggak terasa gue tiba dan berhenti di tanah datar setelah pohon-pohon pinus berganti hutan. Kami putuskan untuk istirahat dulu. Dengar musik sembari makan siang gudeg yang tadi dibawa. Semilir angin menambah nikmat makan kali ini dengan suguhan Merapi berselimut awan di depan mata. Ah segarnya...

Saking nikmatnya, Wahyu pun ketiduran setelah kekenyangan. Kayanya dia ngantuk karena belum tidur dari bus semalam. Cukup lama kami istirahat. Selama kami istirat sekitar 20an orang sudah berlalu. Ada yang naik ada yang turun. Tapi kami tak peduli. Wahyu masih pulas tergeletak hingga gue bangunin sekitar pukul 4 sore. Hahaha memang santai ini judulnya.

Lanjut jalan, beberapa meter kami menemukan tanah datar lagi yang cukup 2-3 tenda dengan judul "Lembah Cemoro". Perjalan terus berlanjut sesekali berhenti buat ambil nafas. Di jalur ini rupanya banyak pendaki yang melewatinya. Pada saat naik, kami berpapasan dengan yang turun, juga beberapa kali disalip dengan pendaki lainnya.

Hingga magrib tiba kami masih belum sampai pos 2. Sejenak berhenti salat magrib di tempat yang cukup datar. kemudian melanjutkan perjalanan dalam gelap malam. Headlamp dan senter sudah siap. Tapi malam ini terang bulan bertepatan tanggal 15 kalender hijriah membuat Merbabu tampak lebih bercahaya. Berkas cahaya bulan mengintip dari celah-celah punggungan. Demikian pula bintang bertaburan menambah rasa syukur kami atas karunia Tuhan.

Tiba di pos 2 jam 7 lewat sekian. Disana sudah banyak pendaki yang beristirahat, ada pula yang hendak lego jangkar, pasang tenda disitu. Di Merbabu, kata orang kalau mau ngecamp lebih baik di Pos 3 sekalian, tapi kalau kemalaman bisa pilih pos 2 cuma untuk summitnya masih jauh kalau dari pos 2. Begitu kata pendaki lainnya. Di pos 2 ini juga ada drum airnya loh. Karena kami santai, jadi kami lanjut saja perjalanan tapi tak memasang target harus sampai pos 3.

Baru beberapa langkah berjalan firasat gue kurang enak kalo lanjut terus. Ini udah jam 8, kalau lanjut, takutnya drop. Terlebih angin malam sudah mulai menusuk-nusuk kulit. Sementara jaket ada di carrier bagian dalam. Gue sarankan wahyu untuk lanjut besok saja. Akhirnya kami berhenti di tanah datar tidak jauh setelah melewati pos 2. Lalu buka tenda dalam keadaan kedinginan. Masak-masak dan tidur pulas. Hingga jam 4 angin bertiup hebat, tnda berguncang Wahyu pun terbangun. Sedangkan gue tak peduli, lanjut tidur lagi. Ngantuk berat euy. Hahaha

Jam 6 pagi bangun, Wahyu baru bisa tidur lagi sementara gue masak, nyiapin makan. Jam 8 makan bareng, dilanjutkan bongkar tenda dan packing ulang. Jam 9.30 lanjut jalan. Tak jauh dari situ kami pun bertemu pos Lembah Manding. Di bawahnya ada drum air. Sisi kanan lembah manding ini jurang terjal dan tampaknya sering longsor, jadi harap berhati-hati. Perjalanan berlanjut. Beberapa kali kami melihat elang Jawa yang terbang rendah di wilayah ini. Banyak juga terdapat tanaman arbei di sisi kiri dan kanan jalur.

Buah arbei yang menyegarkan
Selepas lembah manding track Merbabu via suwanting ini barulah menampakkan taringnya. Tanjakan curam mulai dari sini. Jalur air, tanah merah berbatu disertai akar-akar tanaman menemani track kali ini. Kabut pun turun perlahan di wilayah ini, suasana jadi sunyi. Pohon-pohon tampak mengering. Terus menanjak, kami pun mulai mendapati tanaman edelweiss. Pertanda sebentar lagi Sabana.

Jalur Pendakian Setelah Lembah Manding
Edelweiss yang tak berbunga

Jam 13.30 kami tiba di Pos Air. Tempat drum air terakhir sebelum pos 3. Disini kami mengisi ulang air kembali sambil melaksanakan salat zuhur dan ashar dijamak. Disini ngobrol-ngobrol dulu dengan pendaki lain hingga start lagi jam 2. Dari pos Air kami dihadapkan langsung dengan tanjakan yang lebih curam lagi. Bedanya, setelah Pos Air tidak ada lagi pohon peneduh. Vegetasi didominasi rumput teki. Cukup ngos-ngosan di tempat ini. Tapi selepas itu kami langsung tiba di Pos 3. Pos 3 ini sangat luas. Cukup untuk menampung puluhan tenda. Tapi karena hari masih siang, kami lanjut saja tidak ngecamp disini.

Track Terjal Antara Pos Air dengan Pos 3

Berdasarkan peta, pos selanjutnya sabana. Tapi sebelum mencapainya kami terlebih dahulu berhenti dan membuka tenda di tempat yang menurut kami nyaman dan hanya cukup satu tenda saja. Disini viewnya luar biasa indah karena ketika kita membuka tenda view langsung Merapi. Jika kita hadap ke barat daya tampak pula Sindoro, Sumbing, dan Andong. Lebih bagus daripada pos 3.

Waktu memang baru jam setengah 4 sore tapi kami putuskan buka disini saja. Selain karena bagus, pertimbangannya kalau muncak sekarang juga buat apa, pasti berawan. Lebih baik muncak besok pagi saja, pasti langitnya masih bersih. Tenda selesai dibangun, kami beristirahat. Leyeh-leyeh, makan, minum teh tarik yang nikmat banget, ngobrol ngalor ngidul hingga akhirnya jam 9 malam kami pun tertidur lelap. Nikmat sekali hidup ini...

Tenda ternyaman yang pernah kami buat di atas Pos 3
Pemandangan malam hari di depan tenda

Jam 4 pagi suara langkah sudah mulai terdengar di samping tenda kami. Sura langkah pendaki yang mengejar sunrise. Kami pun bangun. Bikin indomie dulu biar ada tenaga. Minum yang hangat-hangat biar tambah semangat. Jam 4.30 kami meninggalkan tenda dan berngakat menuju puncak dengan membawa tas pinggang dengan perlengkapan secukupnya.

Dalam perjalanan menuju sabana 3 gue stop dulu. Akibat makan indomie jadi kenyang dan mules. Terpaksa setoran dulu 10 menit di semak-semak. Baru lanjut lagi dan tibalah di sabana terakhir sebelum puncak. Disini salat subuh dulu. Waktu menunjukan pukul 5 pagi. Selesai salat lanjut lagi. Secercah cahaya mentari mulai tampak. Semburat cahaya jingga mulai mewarnai langit tanda matahari segera terbit di puncak Merbabu.
Sabana Merbabu Via Suwanting
Pohon kering di sabana

Gunung Sindoro dan Sumbing tersibak cahaya mentari.

Burung jalak setia menemani perjalanan di sekitar sabana
Kami pun foto-foto di sepanjang jalan menuju puncak. Tak mau melewati momen menakjubkan ini. Sampailah kami di puncak ketika matahari mulai memunculkan wajahnya dengan jelas.

Puncak Lawu berselimut awan
Puncak Suwanting
Puncak Merbabu Triangulasi Via Selo Berlatar Merapi
Merbabu memang gunung yang istimewa. Yang paling indah itu ya sabananya. Subhanallah.
Puas berfoto kami pun turun segera kembali ke camp yang tadi kami tinggalkan. Sampai di bawah jam 7 lalu kami makan-makan dan beres-beres packing ulang. Jam 9 kami mulai turun.

Masalah naik gunung seringkali terjadi justru pada saat turunnya. Benar saja. Wahyu tampaknya mengalami cedera di kakinya. Kakinya keram sehingga sulit dibawa berjalan turun. Perjalanan menjadi sangat lambat jauh dari perkiraan. Targetnya sih bisa tiba dibawah jam 12 siang supaya jadwal kereta pulang bisa aman. Tapi dengan adanya insiden ini, jalan pun jadi lebih berat.

Mental kami sudah agak down karena waktu. Tapi alhamdulillah sekali akhirnya kami bisa tiba di bawah jam 3 sore. Molor 3 jam. Untung ada ojek dari batas hutan kebun sayur ke basecamp. Cukup bayar Rp.10.000 kami tiba dibasecamp tertolong dengan adanya ojek itu. Kami pun bergegas memacu motor kembali ke kota Jogja. Tiba di stasiun Tugu jam 5 sore langsung mengembalikan motor dan check-in kereta. Wahyu pun sudah turun sebelum stasiun, dia lanjut ke terminal naik gojek.

Pukul 17.30 kereta sudah tiba. Lalu  berangkat 15 menit kemudian menuju Jatinegara.

Comments

  1. Assalamualaikum wrb, saya mohon maaf jika postingan ini menyinggung perasaan anda semua tapi saya lillahi ta’ala hanya mau menceritakan pengalaman pribadi saya yang mengubah kehidupan saya menjadi sukses. Perkenalkan terlebih dahulu saya Suci Andini tinggal di Riau,dulu saya berprofesi sebagai penjahit namun himpitan ekonomi yakni hutang piutang dalam membangun usaha saya kian semakin besar tapi saya tidak menyerah dengan keadaan saya tetap ikhtiar, pada suatu hari saya membuka buka internet tidak sengaja saya melihat postingan seseorang yang sama seperti keadaan saya tapi beliau sudah berhasil,beliau dibantu oleh Kyai H. Sakti Mangunkarso tanpa pikir panjang saya menghubungi beliau, saya diberikan pencerahaan dan solusi, pada awalnya saya ragu ragu tapi saya coba memberanikan diri mengikuti saran beliau,alhamdulillah berjalan lancar dan sekarang saya punya beberapa mini market dan penginapan didaerah Riau,terimah kasih saya ucapkan pada Kyai H. Sakti Mangunkarso sebab berkat beliau saya bisa seperti ini,mungkin banyak orang yang menyebut saya mengada-ada tapi saya buktikan sendiri,khusus yang serius mau bantuan silahkan hub beliau Kyai Sakti Mangunkarso beliau orangnya ramah ini nomor beliau 0852 1117 4125 ini pengalaman pribadi saya percaya atau tidak semua tergantung pembaca demi Allah ini nyata sekian dan terima kasih ,Assalamualaikum Wrb....allahuakbar....allahuakbar....allahuakbar



























































































































































































    Assalamualaikum wrb, saya mohon maaf jika postingan ini menyinggung perasaan anda semua tapi saya lillahi ta’ala hanya mau menceritakan pengalaman pribadi saya yang mengubah kehidupan saya menjadi sukses. Perkenalkan terlebih dahulu saya Suci Andini tinggal di Riau,dulu saya berprofesi sebagai penjahit namun himpitan ekonomi yakni hutang piutang dalam membangun usaha saya kian semakin besar tapi saya tidak menyerah dengan keadaan saya tetap ikhtiar, pada suatu hari saya membuka buka internet tidak sengaja saya melihat postingan seseorang yang sama seperti keadaan saya tapi beliau sudah berhasil,beliau dibantu oleh Kyai H. Sakti Mangunkarso tanpa pikir panjang saya menghubungi beliau, saya diberikan pencerahaan dan solusi, pada awalnya saya ragu ragu tapi saya coba memberanikan diri mengikuti saran beliau,alhamdulillah berjalan lancar dan sekarang saya punya beberapa mini market dan penginapan didaerah Riau,terimah kasih saya ucapkan pada Kyai H. Sakti Mangunkarso sebab berkat beliau saya bisa seperti ini,mungkin banyak orang yang menyebut saya mengada-ada tapi saya buktikan sendiri,khusus yang serius mau bantuan silahkan hub beliau Kyai Sakti Mangunkarso beliau orangnya ramah ini nomor beliau 0852 1117 4125 ini pengalaman pribadi saya percaya atau tidak semua tergantung pembaca demi Allah ini nyata sekian dan terima kasih ,Assalamualaikum Wrb....allahuakbar....allahuakbar....allahuakbar

    ReplyDelete
  2. AJO_QQ poker
    kami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
    Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
    di sini kami menyediakan 7 permainan dalam 1 aplikasi
    - play aduQ
    - bandar poker
    - play bandarQ
    - capsa sunsun
    - play domino
    - play poker
    - sakong
    di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
    Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
    withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
    menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
    Permanent (acak) | pin bb : 58cd292c "

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Rute Angkutan Umum di Cinere

Perjalanan Sehari Jakarta - Kawah Putih Naik Motor

Transportasi dari Jakarta ke Pos Pendakian Gunung Sindoro-Sumbing, Wonosobo