Media Publikasi Acara di UI, Semrawut dan Tidak Ramah Lingkungan

Akhir-akhir ini keberadaan media publikasi acara di Universitas Indonesia (UI) semakin meresahkan. Banyaknya acara di UI turut bersumbangsih besar pada meningkatnya jumlah media publikasi di seluruh penjuru UI.  Media publikasi acara berupa poster, flyer, hingga banner yang berukuran besar, penempatannya seringkali merusak keindahan dan kebersihan kampus. Tidak hanya soal keindahan dan kebersihan, media yang kebanyakan berbahan dasar kertas dan campuran plastik ini pun tidak ramah lingkungan.

Semrawut

Salah satu poster menyesaki halte bis kuning UI
Banner berukuran besar sediakalanya dipasang di lokasi yang strategis. Di depan stasiun UI, di depan halaman fakultas masing-masing, serta beberapa titik khusus sebetulnya telah diberi fasilitas penempatan banner. Anehnya, jumlah ini dirasa tetap tidak mencukupi oleh warga UI. Banner-banner berukuran besar, dipasang seenaknya, seperti di antara dua buah tiang lampu, di antara dua buah pohon, digantung di sisi gedung kampus, dan dimana pun tempat yang dianggap strategis. 

Keberadaan benda semacam itu sangat mengganggu pemandangan. Gedung jadi terlihat kumuh, tiang-tiang lampu dipenuhi tali-tali ikatan yang semrawut, pohon-pohon pun jadi rusak dipaku dan terikat tali-temali. Tidak hanya soal tempat, pemandangan tak enak juga masih sering ditemukan di lokasi resmi fasilitas pemasangan banner. Di seberang halte stasiun UI banner-banner juga tampak semrawut dan saling tumpuk. Banner yang belum habis masa berlakunya, ditiban oleh banner-banner baru. Etika dan estetika tak tampak di sini. 

Poster dan flyer, media publikasi yang ukurannya jauh lebih kecil tak kalah mengerikan. Hampir seluruh bagian dari kampus UI tak luput dari poster dan flyer. Di pinggir jalan ada poster. Di halte, di mading, di pohon, di tembok gedung, di meja kantin, di tempat nongkrong, di dalam bus kuning, di pintu kamar asrama, hingga di dalam toilet disesaki oleh poster dan flyer. Flyer yang biasa dipasang di toilet adalah yang paling keterlaluan. Saat kita buang air kecil atau besar yang harusnya terasa nikmat justru diusik oleh pikiran tentang acara yang terpampang di flyer. Tidak nyaman bukan? Masa iya kita harus memikirkan adanya pertandingan futsal nanti sore sambil buang air? Di halte, poster-poster menutupi jadwal kedatangan bus kuning. Tembok halte tak luput dari poster. Poster-poster yang lemnya copot lalu jatuh berserakan di lantai halte. Halte terlihat kotor dan jorok. 

Tidak Ramah Lingkungan

Masalah media publikasi di kampus UI sebenarnya tidak hanya sampai di situ. Bahan baku media publikasi ini sebagian besar tidak ramah lingkungan. Para warga UI sangat senang mencetak poster, flyer, hingga banner dalam jumlah yang besar. Kebanyakan dari kita hanya berpikir bahwa acara akan semakin baik dengan jumlah media publikasi yang banyak. Padahal, selesai acara, benda-benda ini hanya akan menjadi sampah dan menambah kerusakan lingkungan.

Limbah flyer yang terbuat dari kertas memang lebih mudah terurai tanah dalam waktu singkat, tetapi kertas pada dasarnya berasal dari kayu hutan. Semakin banyak menggunakan kertas, semakin banyak pula pohon yang ditebang di hutan. Kertas tidak ramah lingkungan. Banner yang terbuat dari plastik sintetik juga tidak ramah lingkungan. Banner yang tidak terpakai biasanya tidak dimanfaatkan kembali secara bijak. Sejauh ini banner sisa hanya dimanfaatkan menjadi alas duduk. Beberapa kalangan memanfaatkan banner sisa untuk properti drama. Sedangkan yang dijual kembali jumlahnya hanya sedikit dan ini dikuasai oleh PLK. BEM juga memanfaatkan ini untuk kepentingannya sendiri. Selebihnya, banner-banner ini hanya menjadi sampah dan dibuang ke pembuangan sampah kampus. Banner yang dibakar menyebabkan polusi udara. Banner yang tidak dibakar tidak bisa terurai oleh tanah, akibatnya produktifitas tanah menurun. 


Kesadaran Warga UI Menjadi Kunci 

Data publikasi luar ruangan di UI.
Di luar data ini, masih banyak publikasi ilegal
Sudah seyogyanya masalah media publikasi yang sedemikian rupa menjadi perhatian bagi seluruh warga UI. Masalah penempatan banner sebenarnya dapat diatasi jika disediakan fasilitas yang memadai. Jika dirasa kurang, tempat pemasangan banner juga harus ditambah oleh pihak terkait. Para pengguna juga harus tahu diri untuk menempatkan bannernya secara bijak di tempat yang sudah disediakan. Banner-banner ini juga harus diminimalisir. Limbahnya juga harus bisa dimanfaatkan kembali untuk didaur ulang. Dijual kembali memang solusi yang paling mudah, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dimanfaatkan menjadi benda kerajinan, misalnya. 

Poster dan flyer juga demikian. Mading sebagai tempat resmi memasang banner dan poster harus ditambah jika dirasa kurang. Peraturan pihak terkait seperti bagian Humas BEM terhadap pemasangan poster dan flyer harus diperkuat. Bagi yang memasang flyer dan poster sembarangan, pihak terkait harus memiliki kewenangan untuk menjatuhkan sanksi kepada panitia penyelenggara kegiatan misalnya membekukan kegiatan sementara hingga poster atau flyer yang mengganggu kembali dibersihkan. Warga UI juga harus memiliki kesadaran yang tinggi mengenai dampak lingkungan dari sampah media publikasi. Warga UI harus bisa memanfaatkan poster atau banner secara bijak dengan jumlah sesuai kebutuhan.

Tampaknya sudah jelas bahwa media publikasi yang selama ini menggangu estetika dan lingkungan kampus pada dasarnya dapat diselesaikan dengan berbagai macam cara. Penambahan fasilitas, pembuatan aturan, serta kesadaran warga UI menjadi kunci permasalahan media publikasi yang lebih ramah dan estetik.

Oleh Rizky Ramadhani
Pengamat Lingkungan Kampus UI

Comments

  1. Saya setuju dengan opini anda!
    Sudah lama saya kuatir dengan dampak penggunaan meterial promosi yang menggunakan bahan Vinyl/ plastik dll. Saya rasa menggunakan kertas lebih bijak, meskipun harus dibatasi penggunaannya agar tidak sia-sia terbuang percuma.
    Jika saja semua Mahasiswa memiliki kesadaran seperti anda... akan menjadi contoh yang sangat baik buat masyarakat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semua itu memang berawal dari kesadaran. Semoga mahasiswa masa depan semakin sadar bahaya media publikasi ini

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Rute Angkutan Umum di Cinere

Perjalanan Sehari Jakarta - Kawah Putih Naik Motor

Transportasi dari Jakarta ke Pos Pendakian Gunung Sindoro-Sumbing, Wonosobo